Adab Meminta Hujan (Istisqa’) adalah suatu praktik dalam agama Islam yang dilakukan ketika air hujan dari langit tertahan dan musim peceklik semakin panjang. Artikel ini akan membahas proses pelaksanaan shalat istisqa’ dan adab yang harus diikuti dalam proses meminta hujan ini.
Shalat Istisqa’ dalam Islam
Shalat Istisqa’ adalah salah satu doa yang dilakukan oleh kaum muslimin ketika mereka membutuhkan hujan sebagai rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah tindakan yang menunjukkan ketergantungan penuh umat Islam pada Allah dalam memenuhi kebutuhan mereka, terutama dalam hal air yang sangat penting bagi kehidupan.
Waktu Pelaksanaan Shalat Istisqa’
…..فَخَرَجَ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ بَدَأَ حَاجِبُ الشَّمْسِ
“Maka keluarlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika matahari mulai bersinar”. (HR. Abu Daud (1040))
Menurut hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, waktu pelaksanaan shalat Istisqa’ ditentukan ketika matahari mulai bersinar. Hal ini menunjukkan bahwa shalat Istisqa’ dilakukan ketika kekeringan telah berlangsung cukup lama, dan umat Islam berharap turunnya hujan sebagai karunia dari Allah.
Baca Juga: Manfaat Peduli Lingkungan dalam Islam
Persiapan untuk Shalat Istisqa’
Sebelum keluar untuk melaksanakan shalat Istisqa’, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan. Sang imam akan mengajak kaum muslimin untuk berpuasa dan bershadaqah. Ini adalah tindakan sukarela yang menunjukkan niat baik umat Islam untuk memohon rahmat Allah. Selain itu, tidak ada adzan atau iqamat yang diberikan sebelum shalat Istisqa’, sehingga suasana shalat berbeda dari shalat-salat lainnya.
Kesungguhan dan Pengorbanan dalam Shalat Istisqa’
Saat keluar untuk melaksanakan shalat Istisqa’, umat Islam diharapkan melakukannya dengan penuh kesungguhan, merendahkan diri, dan khusyu. Dalam sejarah Islam, kita dapat melihat bagaimana para sahabat dan sahabiyah, termasuk perempuan dan anak-anak, turut serta dalam shalat Istisqa’. Ini menunjukkan pentingnya momen ini dalam hidup umat Islam.
Meminta Doa Orang-Orang Shaleh
Ketika musim paceklik tiba, ada tradisi untuk meminta doa orang-orang yang shaleh. Contohnya adalah ketika Umar Radhiyallahu anhu meminta doa kepada Abbas, paman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika musim peceklik tiba. Umar berdoa dengan penuh pengharapan kepada Allah, menggunakan tawasul (permohonan kepada Allah melalui perantaraan yang baik, seperti Nabi atau orang shaleh). Allah mengabulkan doanya dan hujan turun. Hal ini menunjukkan pentingnya doa orang-orang shaleh dalam memohon hujan.
Doa saat Hujan Turun
َالَّلهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا، وَمُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِه
“Ya Allah !. Turunkan hujan yang bermanfaat, dan kami diberi hujan karena karunia dan rahmat-Nya”. (Shahih Adab (530) dan HR. Bukhari dan Muslim/Al Kalim Al Thayib (160).
Ketika hujan turun, umat Islam diajarkan untuk berdoa dengan penuh syukur. Doa ini mencerminkan kesadaran bahwa hujan adalah rahmat dari Allah. Umat Islam berdoa agar hujan tersebut bermanfaat dan datang sebagai karunia dan rahmat-Nya. Ini adalah tindakan yang mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat-nikmat Allah.
Doa Saat Hujan Berlimpah
اَللَّهُـمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا اَللَّهُـمَّ عَليَ اْلآكَامِ وَالظّرَابِ وَبُطُوْنِ اْللأَوْدِيَةِ وَمنَابِتِ الشَّجَرِ
“Ya Allah !. Turunkan hujan sekitar kami dan jangan membahayakan kami. Ya Allah!. Turunkan hujan diatas dataran tinggi, bukit, dasar lembah dan tempat tumbuh pepohonan”. (Irwai’ Al Ghalil (680).
Ketika hujan melimpah dan ada kekhawatiran akan bahaya banjir atau genangan air, disunahkan untuk berdoa agar Allah melindungi mereka dari bahaya tersebut. Doa ini mencerminkan keteguhan iman umat Islam dalam menghadapi cobaan yang datang bersama hujan yang melimpah.
Adab Lainnya dalam Meminta Hujan
Selain shalat Istisqa’, ada beberapa adab lain yang perlu diperhatikan saat meminta hujan:
Buka Baju untuk Terkena Hujan
Disunahkan untuk membuka baju sehingga tubuh terkena air hujan. Ini adalah tindakan simbolis yang menunjukkan kerendahan hati dan keterbukaan diri terhadap rahmat Allah yang datang dalam bentuk hujan.
Dilarang Mengaitkan Hujan dengan Peristiwa Alam
Dalam Islam, dilarang mengaitkan turunnya hujan dengan benda atau peristiwa alam lainnya, seperti bintang atau objek-objek lain. Ini adalah tindakan syirik (mengaitkan tuhan selain Allah dengan perbuatan-Nya) dan harus dihindari.
Keberhatian Rasulullah terhadap Awan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan kehati-hatian dan ketelitian dalam mengamati awan. Diriwayatkan bahwa perubahan dalam perilaku Rasulullah menunjukkan bahwa beliau tidak selalu senang melihat awan. Ini mengingatkan kita bahwa hujan juga dapat datang sebagai azab, seperti yang dialami oleh suatu kaum yang disebutkan dalam hadits.
Hanya Allah yang Mengetahui Kapan Hujan Turun
Dalam Islam, kita percaya bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengetahui kapan hujan akan turun. Kepercayaan ini tercermin dalam firman-Nya:
إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ اْلغَيْثَ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan…” (QS. Luqman (34). Ini mengajarkan kita untuk selalu mengandalkan Allah dalam segala hal, termasuk dalam permintaan hujan.
Doa-Doa Tambahan
Selain doa-doa yang telah disebutkan, ada beberapa doa tambahan yang bisa dibaca dalam konteks meminta hujan:
Ketika Terjadi Halilintar
سُـبْحَانَ مَنْ يُسَـبِّح الرَّعْـدُ بِحَمْدِهِ وَاْلمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
“Maha suci Allah yang menjadikan halilintar bertasbih dengan memuji-Nya dan malaikat bertasbih karena takut kepada-Nya”. (Dibaca 3x kali). Al Kalimut Thayib (157).
Ketika terjadi halilintar, umat Islam diajarkan untuk mengucapkan: “Maha suci Allah yang menjadikan halilintar bertasbih dengan memuji-Nya dan malaikat bertasbih karena takut kepada-Nya.” Ini adalah tindakan pengingat atas kekuatan alam dan ketergantungan manusia pada Allah.
Ketika Angin Berhembus
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هذِهِ الرِّيْحِ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا وَخَيْرِ مَا أُمِرْتَ بِهِ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هذِهِ الرِّيْحِ وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُمِرْتَ بِهِ
“Ya Allah! Sesungguhnya kami memohon kepadamu kebaikan angin ini, kebaikan apa yang ada di dalamnya dan kebaikan apa yang Engkau perintahkan kepadanya dan kami berlindung kepadamu dari kejahatan angin ini, kejahatan apa yang ada di dalamnya dan kejahatan apa yang Engkau perintahkan kepadanya”. Al Silsilah Al Shahihah (2756).
Ketika angin berhembus, disunahkan untuk berdoa agar Allah memberikan kebaikan dari angin tersebut dan melindungi dari segala kejahatan. Doa ini mencerminkan kepercayaan umat Islam bahwa semua peristiwa alam diatur oleh Allah.
Mengeluarkan Barang-Barang agar Terkena Hujan
يَا جاَرِيَةَُُأخرُِجِي سَرْجِي أَخْرِجِي ثِيَابِي، وَيَقُوْلُ: وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا
“Wahai hamba perempuan!, keluarkanlah pelana kudaku dan pakaianku”. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al Qur’an: “Dan Kami turunkan dari langit air yang berkah”. (QS. Qaf/50:9. dan Isnadnya Shahih Mauquf, Shahih Al Adab (9320))
Dalam hadits, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan umat Islam untuk mengeluarkan barang-barang agar terkena air hujan. Ini adalah tindakan yang mencerminkan kesadaran akan keberkahan hujan dan upaya untuk memanfaatkannya sebaik mungkin.
Adab Meminta Hujan (Istisqa’) adalah praktik yang penting dalam Islam ketika umat Islam membutuhkan hujan sebagai rahmat Allah. Shalat Istisqa’ adalah salah satu cara untuk memohon hujan, dan dalam proses ini, terdapat berbagai adab yang harus diikuti. Selain itu, umat Islam diajarkan untuk selalu bersyukur atas nikmat hujan dan mengingat bahwa hanya Allah yang mengetahui kapan hujan akan turun. Semua tindakan ini mencerminkan ketergantungan dan kesadaran akan kebesaran Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Mengatasi Musibah dengan Kesabaran
Referensi: Almanhaj.or.id