Di Gaza, tragedi melibatkan seorang bocah bernama Ahmad Ibrahim Shabat yang kehilangan keluarganya dan kedua kakinya akibat serangan udara Israel telah mengguncang hati banyak orang.
Pada hari pertama serangan Israel di Jalur Gaza, rumah keluarga Ahmad di kota Beit Hanoon menjadi sasaran langsung, menghancurkan seluruh keluarga Ahmad kecuali adiknya yang berusia dua tahun, Mahmoud. Ahmad, yang baru berusia tiga tahun, kehilangan kedua kakinya dalam serangan udara tersebut.
Pamannya, Ibrahim Abu Amsheh, menceritakan kisah pilu ini. Dia kehilangan seluruh keluarganya dalam serangan tersebut, dan Ahmad, yang terlempar ke halaman tetangga, selamat namun kehilangan kedua kakinya. Upaya pencarian Ahmad membawanya dari satu tempat ke tempat lain, mencari perlindungan dari serangan yang tak terduga.
Baca Juga: Menggusur Kedutaan Besar Israel, ANC Afrika Selatan Mendukung Mosi Oposisi
Perjalanan Penuh Penderitaan
Dalam sebulan, Ahmad dan keluarganya mengungsi di sekolah yang dijalankan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di sana, Ahmad membentuk ikatan khusus dengan pamannya, Saleh. Namun, pada 13 November, kehidupan mereka kembali terguncang oleh serangkaian ledakan. Ahmad, yang sedang berjalan-jalan dengan Saleh, kehilangan kedua kakinya dalam serangan udara.
Masa Pemulihan yang Panjang
Ahmad dilarikan ke Rumah Sakit al-Awda, dan kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Al-Aqsa. Dr. Ahmad Ismail al-Zayyan, seorang ahli bedah ortopedi, menjelaskan kondisi serius Ahmad. Dengan kedua kakinya putus di atas lutut, pemulihan Ahmad akan menjadi perjalanan panjang. Dr. al-Zayyan berharap Ahmad dapat mendapatkan perawatan yang diperlukan di luar Gaza, mengingat keterbatasan sumber daya di wilayah tersebut.
Menyampaikan Pesan Harapan
Dalam kepedihan yang mendalam, Ahmad sekarang berada di ruang perawatan intensif, terbaring dengan kedua kakinya yang dibalut rapat. Pamannya, Ibrahim, yang akan menjadi wali Ahmad, menyaksikan kepedihan yang dialami bocah kecil ini. Meskipun begitu, Ibrahim tetap berharap agar Ahmad dapat mendapatkan prostetik yang dibutuhkannya untuk bisa hidup seperti anak-anak lain.
Mengakhiri Penderitaan Ahmad
Ahmad yang dulu ceria dan penuh semangat bermain, kini harus merasakan rasa sakit dan ketakutan setiap hari. Meskipun kehilangan kedua orang tuanya dan kakaknya, Ahmad masih memiliki pamannya yang penuh kasih. Dalam upaya untuk memberikan Ahmad kehidupan yang setenang mungkin, Ibrahim mengharapkan bantuan dalam mendapatkan prostetik agar Ahmad dapat “hidup seperti anak-anak lainnya.“
Kesimpulan
Kisah Ahmad menggambarkan tragedi yang dialami banyak keluarga di Gaza akibat konflik berkepanjangan. Sementara kami berdoa untuk kesembuhan dan masa depan yang lebih baik bagi Ahmad, mari bersama-sama merenung dan bertindak untuk membantu mereka yang menjadi korban tak bersalah dalam konflik ini. Semoga Ahmad dan anak-anak Gaza lainnya dapat kembali merasakan kebahagiaan dan hidup seperti layaknya anak-anak pada umumnya.
Sumber: Aljazeera.com