Istri Imran, yang bernama Hannah binti Faqudz, adalah seorang wanita mulia dan salehah yang terkenal karena ketaatannya kepada Allah ta’ala. Ia adalah ibu dari Maryam ‘alaihassalam, salah satu tokoh penting dalam sejarah agama Islam. Istri Imran juga merupakan saudara perempuan dari Iisyaa’ binti Faqudz, yang menjadi istri Nabi Zakariya ‘alaihissalam.
Menurut catatan sejarah yang disampaikan oleh Muhammad bin Ishaq, Istri Imran adalah seorang wanita yang belum pernah memiliki anak. Namun, suatu hari, ketika ia melihat seekor burung memberi makan anak-anaknya, ia merasa sangat ingin memiliki seorang anak. Maka, dengan tulus hati, ia berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala memohon agar diberikan seorang anak. Allah pun mengabulkan doanya.
Baca Juga: Perjalanan Hidup Salim Maula Abu Hudzaifah
Hannah binti Faqudz kemudian bernadzar, yaitu ia berkomitmen kepada Allah bahwa jika diberikan seorang anak, anak itu akan diabdikan untuk berkhidmat di Baitul Maqdis. Ia adalah seorang wanita yang memiliki iman dan tekad yang kuat.
Allah ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, mengabarkan kisah ini:
إِذْ قَالَتِ ٱمْرَأَتُ عِمْرَٰنَ رَبِّ إِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
Artinya: “Ketika istri ‘Imran berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang salih dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran: 35)
Istri Imran tulus dalam berdoa, dan Allah Maha Mengetahui niatnya. Pada saat itu, ia belum mengetahui apakah anak yang dikandungnya akan menjadi laki-laki atau perempuan.
Allah ta’ala berfirman:
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّى وَضَعْتُهَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلْأُنثَىٰ ۖ وَإِنِّى سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّىٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ
Artinya: “Maka tatkala istri ‘Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” (QS. Ali ‘Imran: 36)
Hannah awalnya mengira bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki dan telah bernadzar agar anaknya akan berkhidmat di Baitul Maqdis. Namun, kenyataannya, ia melahirkan seorang anak perempuan, yaitu Maryam. Maryam, yang kelak dikenal sebagai salah satu wanita terbesar dalam sejarah agama Islam.
Meskipun kelahiran Maryam adalah peristiwa yang berbeda dengan yang ia nantikan, Allah menerima nadzar Hannah dan berjanji untuk mendidik anaknya (Maryam) dengan pendidikan yang baik.
Allah ta’ala berfirman:
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا
Artinya: “Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharaanya.” (QS. Ali Imran: 37)
Zakariya, yang merupakan suami dari saudara perempuan Hannah, menjadi penanggung jawab atas pendidikan dan perawatan Maryam. Ini adalah tindakan Allah untuk memastikan bahwa Maryam tumbuh dengan baik dan mendapatkan pendidikan yang luar biasa.
Dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Jarir, disebutkan bahwa ibu Maryam, Hannah, membawa Maryam ke Bani al-Kaahin bin Harun, yang pada saat itu adalah penjaga Baitul Maqdis, mirip dengan penjaga Ka’bah di Makkah. Hannah memberikan Maryam kepada mereka dan menjelaskan bahwa Maryam adalah anaknya dan bahwa ia tidak bisa masuk ke Baitul Maqdis karena ia adalah seorang wanita yang haidh. Mereka tidak ingin melepaskan Maryam karena Hannah adalah istri imam mereka, yaitu ‘Imran, yang telah berkorban untuk mereka.
Zakariya, suami dari saudara perempuan Hannah, meminta agar Maryam diserahkan kepadanya karena Hannah adalah saudari istri Zakariya. Namun, mereka tetap enggan melepaskan Maryam. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengundi, dan undian jatuh pada Zakariya. Dengan demikian, Zakariya mengasuh dan merawat Maryam.
Maryam tumbuh dalam keluarga yang saleh dan penuh berkah. Ia termasuk wanita yang taat beribadah, tekun dalam menjalankan perintah agama, dan dikenal karena ibadahnya yang luar biasa. Maryam memiliki fokus yang kuat untuk beribadah kepada Allah, dan ia sangat tekun dalam menjalankan tugas-tugasnya di Baitul Maqdis. Meskipun ia seorang wanita, ia memiliki dedikasi yang luar biasa untuk berkhidmat di tempat suci ini.
Maryam adalah seorang wanita yang sangat istimewa dan dihormati. Allah memberkahi kelahirannya dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik. Ia tumbuh menjadi wanita yang salehah, yang kemudian menjadi ibu dari Nabi Isa ‘alaihissalam.
Allah ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
ٱسْمُهُ ٱلْمَسِيحُ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ وَمِنَ ٱلْمُقَرَّبِينَ
Artinya: “Namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)” (QS. Ali Imran: 45)
Isa ‘alaihissalam adalah seorang nabi dan rasul yang memiliki kedudukan yang tinggi di mata Allah. Ia diberi kitab (Injil) dan diberi karunia-karunia khusus oleh Allah. Di dunia, Isa adalah seorang nabi yang mengajarkan ajaran-ajaran Allah kepada umatnya. Di akhirat, Isa akan memberikan syafaat kepada orang-orang yang diizinkan oleh Allah, sebagaimana para Rasul Ulul ‘Azhmi.
Kisah Istri Imran, Hannah, dan kelahiran Maryam adalah contoh nyata bagaimana tulusnya niat dan doa seseorang dapat menghasilkan berkah yang luar biasa. Meskipun Hannah awalnya berharap melahirkan seorang anak laki-laki yang berkhidmat di Baitul Maqdis, Allah mengabulkan doanya dengan cara yang lebih baik. Maryam tumbuh menjadi salah satu tokoh terbesar dalam sejarah agama Islam, dan anaknya, Isa ‘alaihissalam, menjadi nabi yang agung.
Dalam sejarah ini, kita belajar tentang kekuatan doa, kesabaran, dan ketulusan dalam beribadah kepada Allah. Semoga kita dapat meneladani semangat tulus dan keteguhan hati dari Hannah, Istri Imran, dan mengajarkan anak-anak kita untuk menjadi hamba yang saleh dan salehah. Semoga Allah senantiasa memberkahi kita semua dan menerima doa-do’a kita yang tulus.