Kritik internasional semakin meluas terhadap serangan Israel di Gaza. Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengutuk serangan tersebut dan menyebutnya sebagai “genosida.” Kritik serupa juga datang dari negara-negara Amerika Latin lainnya, yang semakin memperparah ketegangan dalam konflik ini.
Baca Juga: Dari Sungai Hingga Laut’: Apa yang Sebenarnya Dimaksudkan dengan Slogan Palestina?
Kondemnasi dari Presiden Kolombia
Presiden Kolombia, Gustavo Petro, dengan tegas mengutuk serangan Israel di Gaza dan menyebutnya sebagai “genosida.” Pernyataan ini disampaikan melalui unggahan di media sosial yang menampilkan gambar korban serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia, Gaza. Setidaknya 195 orang tewas dalam serangan tersebut, sementara 120 orang lainnya masih hilang menurut pejabat Gaza.
Se llama Genocidio, lo hacen para sacar el pueblo palestino de Gaza y apropiarsela.
El jefe del estado que hace este genocidio es un criminal contra la humanidad. Sus aliados no pueden hablar de democracia. pic.twitter.com/WjRpGKBKPs
— Gustavo Petro (@petrogustavo) November 1, 2023
Petro mengatakan bahwa serangan ini bertujuan untuk mengusir warga Palestina dari Gaza dan mengambil alih wilayah tersebut.
Reaksi Negara-Negara Amerika Latin Lainnya
Selain Kolombia, negara-negara Amerika Latin lainnya juga mengutuk serangan Israel di Gaza. Chili, yang memiliki populasi Palestina terbesar di Amerika Latin, menarik pulang duta besarnya dari Israel sebagai bentuk protes atas serangan Israel terhadap warga Palestina di Gaza. Presiden Chili, Gabriel Boric, mengutip pelanggaran hukum kemanusiaan internasional yang tidak dapat diterima oleh Israel.
Bolivia bahkan memutuskan hubungan diplomatik sepenuhnya dengan Israel sebagai respons terhadap serangan dan pengepungan Gaza yang telah mengakibatkan banyak korban warga sipil. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, juga menyerukan agar Israel menghentikan serangannya di Gaza.
Argentina, yang memiliki komunitas Yahudi terbesar di Amerika Latin, mengeluarkan pernyataan mengutuk serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia sambil menyatakan bahwa tidak ada alasan yang dapat melegitimasi pelanggaran hukum kemanusiaan internasional. Mereka juga menuntut pembebasan tawanan yang dipegang oleh Hamas, kelompok yang memerintah di Gaza.
Peru dan Meksiko juga mengecam serangan Israel. Kementerian Luar Negeri Peru mengeluarkan pernyataan yang menyatakan pengecaman terhadap kekerasan dari segala pihak. Duta Besar Meksiko, Alicia Buenrostro, berbicara dalam sesi khusus darurat PBB tentang Gaza dan mendesak agar Israel, yang dianggap sebagai “pemilik wilayah yang diokupasi,” menghentikan klaimnya terhadap wilayah Palestina dan mendorong solusi dua negara.
Reaksi Israel
Israel merespons langkah-langkah diplomatik ini dengan menuntut agar Kolombia dan Chili mengutuk Hamas sebagai gantinya. Mereka menegaskan hak Israel sebagai negara demokratis untuk melindungi warganya dan meminta pembebasan segera semua tawanan, serta tidak ingin dilihat sebagai mendukung terorisme bersama dengan Venezuela dan Iran.
Respon Organisasi HAM dan Negara Lainnya
Sementara itu, Simon Wiesenthal Center, sebuah organisasi hak asasi manusia Yahudi, mengkritik Bolivia, Chili, dan Kolombia dengan tuduhan mendukung “teroris” dan bersikap “hostil terhadap Israel.”
Negara-negara Arab, termasuk yang telah menjalin perdamaian dengan Israel, semakin mengekspresikan ketidaknyamanan terhadap perang ini. Yordania menarik pulang duta besarnya dari Israel dan memerintahkan utusan Israel untuk tidak kembali ke negara tersebut hingga perang dan “bencana kemanusiaan” yang disebabkan olehnya berakhir.
Beberapa pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa serangan Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia dapat dianggap sebagai kejahatan perang. Craig Mokhiber, pejabat hak asasi manusia PBB yang menarik diri akhir pekan lalu atas respons organisasi tersebut terhadap perang di Gaza, meminta agar PBB memberlakukan standar yang sama terhadap Israel seperti yang mereka lakukan saat menilai pelanggaran hak asasi manusia di negara-negara lain di seluruh dunia.
Mokhiber, yang sebelumnya menjabat sebagai direktur kantor New York Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, menyebut tindakan militer Israel di Gaza sebagai “genosida” yang mencerminkan kegagalan PBB dalam bertindak, mengacu pada genosida sebelumnya di Bosnia, Rwanda, dan Myanmar.
Kritik internasional semakin mendalam terhadap serangan Israel di Gaza. Negara-negara Amerika Latin, bersama dengan negara-negara Arab dan pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa, semakin keras mengutuk serangan tersebut dan menekankan perlunya mengakhiri konflik ini yang telah menyebabkan banyak korban, terutama warga sipil dan anak-anak. Konflik ini menciptakan keprihatinan global yang mendalam, dan tekanan internasional terhadap Israel semakin meningkat.
Sumber: Aljazeera.com