Serangan Udara Israel Tewaskan Jurnalis Palestina Mohammad Abu Hasira

Serangan udara Israel telah menewaskan jurnalis Palestina Mohammad Abu Hasira bersama 42 anggota keluarganya di dekat Kota Gaza, menurut laporan media lokal.

Serangan Israel “mengincar rumahnya” pada malam hari antara Minggu dan Senin, agensi berita Wafa melaporkan pada Selasa.

Layanan pers Hamas, kelompok yang menguasai Gaza, mengatakan jenazah Abu Hasira ditemukan di bawah puing-puing.

Dia adalah salah satu dari setidaknya 37 jurnalis yang tewas dalam serangan Israel sejak 7 Oktober, menurut angka yang dirilis oleh kelompok kebebasan pers Committee to Protect Journalists (CPJ) pada Senin.

Tiga puluh dua dari jurnalis yang dilacak oleh CPJ adalah warga Palestina, empat adalah warga Israel, dan satu adalah warga Lebanon.

Pada 25 Oktober, serangan Israel menewaskan keluarga kepala biro Al Jazeera Wael Dahdouh, termasuk istrinya, putranya, putrinya, cucunya, dan setidaknya delapan kerabat lainnya.

Israel telah melancarkan kampanye pemboman yang menghancurkan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober menyusul serangan Hamas di wilayah Israel yang menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, menurut otoritas Israel.

Serangan Israel sejak itu telah menewaskan lebih dari 10.000 warga Palestina, sepertiga di antaranya anak-anak, kata pejabat Gaza, dan mengungsikan 1,5 juta orang.

Kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk, mengatakan pada Selasa bahwa ini telah menjadi “satu bulan penuh kekejaman, penderitaan tanpa henti, pertumpahan darah, penghancuran, kemarahan, dan putus asa“.

Mengapa Serangan Israel Terhadap Gaza Sangat Mematikan?

Serangan udara Israel terhadap Gaza telah menimbulkan korban jiwa yang sangat tinggi, baik di kalangan warga sipil maupun jurnalis. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini, antara lain:

  • Kepadatan penduduk Gaza. Jalur Gaza adalah wilayah yang sangat padat, dengan sekitar dua juta orang tinggal di lahan seluas 365 kilometer persegi. Ini berarti bahwa setiap serangan udara berpotensi mengenai banyak orang dan bangunan, termasuk rumah sakit, sekolah, masjid, dan media.
  • Kekurangan perlindungan sipil. Warga Gaza tidak memiliki tempat berlindung yang aman dari serangan udara Israel, karena tidak ada sistem peringatan dini, bunker, atau tempat penampungan. Selain itu, Israel juga telah menargetkan infrastruktur vital, seperti jaringan listrik, air, dan telekomunikasi, yang mempersulit upaya penyelamatan dan bantuan kemanusiaan.
  • Ketidakseimbangan kekuatan militer. Israel memiliki keunggulan militer yang besar atas Hamas, dengan memiliki pesawat tempur, rudal, tank, dan sistem pertahanan udara canggih. Hamas, di sisi lain, hanya memiliki roket buatan sendiri yang tidak akurat dan tidak efektif. Israel juga memiliki dukungan politik dan diplomatik dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, yang memberikan bantuan militer dan veto di Dewan Keamanan PBB.
  • Pelanggaran hukum internasional. Israel telah dituduh melanggar hukum internasional dalam serangannya terhadap Gaza, dengan menggunakan kekuatan yang tidak proporsional, tidak membedakan antara target militer dan sipil, dan tidak menghormati prinsip kemanusiaan. Israel juga telah mengabaikan resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata dan penghentian kekerasan.

Baca Juga: Perang Israel-Hamas Picu Kenaikan Islamofobia dan Anti-Semitisme di Eropa

Bagaimana Dampak Serangan Israel Terhadap Gaza Bagi Jurnalis?

Serangan Israel terhadap Gaza juga telah berdampak buruk bagi jurnalis, baik lokal maupun internasional, yang mencoba meliput konflik tersebut. Beberapa dampaknya adalah:

  • Ancaman fisik dan psikologis. Jurnalis yang bekerja di Gaza menghadapi ancaman fisik yang nyata dari serangan udara Israel, yang dapat menewaskan atau melukai mereka sewaktu-waktu. Selain itu, mereka juga mengalami tekanan psikologis yang besar, karena harus menyaksikan penderitaan, kematian, dan kehancuran di sekitar mereka, serta menghadapi trauma, stres, dan kecemasan.
  • Keterbatasan akses dan sumber daya. Jurnalis yang meliput Gaza juga menghadapi keterbatasan akses dan sumber daya, karena Israel telah membatasi pergerakan dan komunikasi mereka. Israel juga telah menolak izin masuk bagi banyak jurnalis asing, dan menghalangi mereka untuk mencapai Gaza melalui perbatasan Mesir. Selain itu, jurnalis juga kekurangan peralatan, bahan bakar, listrik, air, dan makanan, yang mengganggu pekerjaan mereka.
  • Sulitnya verifikasi dan keseimbangan informasi. Jurnalis yang meliput Gaza juga menghadapi tantangan dalam memverifikasi dan menyeimbangkan informasi yang mereka dapatkan, karena adanya propaganda, sensor, dan intimidasi dari kedua belah pihak. Israel sering kali menuduh jurnalis sebagai simpatisan atau agen Hamas, dan menyangkal atau meremehkan korban sipil.

Apa yang Dapat Dilakukan untuk Melindungi Jurnalis di Gaza?

Jurnalis adalah saksi penting dari konflik di Gaza, dan mereka berhak mendapatkan perlindungan dan penghargaan atas pekerjaan mereka. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melindungi jurnalis di Gaza, antara lain:

  • Meningkatkan kesadaran dan solidaritas. Masyarakat internasional, termasuk organisasi media, lembaga hak asasi manusia, dan masyarakat sipil, harus meningkatkan kesadaran dan solidaritas terhadap jurnalis yang meliput Gaza, dengan menyebarkan informasi, mengutuk pelanggaran, dan memberikan dukungan moral dan materi.
  • Menuntut pertanggungjawaban dan keadilan. Pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan, penangkapan, penyiksaan, atau pelecehan terhadap jurnalis di Gaza harus diadili dan dihukum sesuai dengan hukum internasional. Korban dan keluarga mereka harus mendapatkan kompensasi dan rehabilitasi yang layak.
  • Meningkatkan perlindungan dan keselamatan. Jurnalis yang meliput Gaza harus meningkatkan perlindungan dan keselamatan mereka, dengan menggunakan peralatan perlindungan, mengikuti protokol keamanan, berkoordinasi dengan rekan-rekan dan organisasi mereka, dan mencari bantuan medis dan psikologis jika diperlukan.

Sumber: Aljazeera.com

Getting Info...

About the Author

The best of humanity is the one who is most beneficial to others. When someone has passed away, their deeds are severed except for three things: ongoing charity (Sadaqah Jariyah), beneficial knowledge, and a righteous child who prays for their paren…

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.