Berita terbaru dari The Wall Street Journal melaporkan bahwa AS telah memberikan bom ‘bunker buster‘ dan berbagai amunisi lainnya kepada Israel untuk perang di Gaza.
Menurut laporan tersebut yang mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, Washington telah mentransfer 100 bom BLU-109 ke Israel. Bom ini dirancang untuk menembus struktur yang keras sebelum meledak.
Bom ini memiliki hulu ledak dengan berat lebih dari 900 kilogram (19.80 pon) dan sebelumnya telah digunakan oleh AS dalam konflik seperti perang di Afghanistan.
Baca Juga: Inilah Alasan Pasukan Khusus Menggunakan Penutup Kepala
Namun, BLU-109 bukan satu-satunya jenis amunisi yang diberikan AS kepada Israel untuk perang di wilayah yang terkepung ini. Sejauh ini, lebih dari 15.000 warga Palestina tewas, termasuk setidaknya 6.150 anak-anak.
Berbeda dengan pembaruan senjata reguler AS tentang perang di Ukraina, Pentagon sebagian besar tetap diam mengenai tingkat dukungan senjata untuk Israel di tengah kecaman internasional terhadap operasi militer Israel di Gaza.
Menurut laporan WSJ, lonjakan pasokan senjata AS ke Israel sejak awal perang mencakup 15.000 bom dan 57.000 peluru artileri kaliber 155mm yang sebagian besar diangkut menggunakan pesawat kargo militer C-17.
Washington juga mengirimkan lebih dari 5.000 bom Mk82 tanpa panduan, lebih dari 5.400 bom Mk84, sekitar 1.000 bom GBU-39 berdiameter kecil, dan sekitar 3.000 JDAMs, sebuah kit panduan yang mengubah bom tanpa panduan menjadi amunisi terpandu presisi.
Semua ini ditambah dengan miliaran dolar dukungan keuangan yang diterima Israel setiap tahunnya dari AS untuk operasi militer mereka.
Menurut WSJ, bom-bom besar buatan AS telah digunakan dalam beberapa serangan Israel paling mematikan di Jalur Gaza, termasuk serangan yang meratakan blok apartemen di kamp pengungsi Jabalia, menewaskan lebih dari 100 orang. Israel menyatakan serangan itu sah karena membunuh pemimpin Hamas.
Kritik dan Pertanyaan di Kongres
Heidi Zhou-Castro dari Al Jazeera menyebutkan bahwa laporan tentang pengiriman bom penetrasi berat ke Israel telah menimbulkan pertanyaan baru tentang transfer senjata AS ke negara tersebut.
“Bom-bom ini telah digunakan oleh AS dalam perang di Afghanistan, Irak, dan Suriah, tetapi terutama di daerah terbuka. Sekarang Israel menggunakan bom ini di lingkungan yang sangat berbeda di Gaza, pada populasi sipil yang padat,” ujar Zhou-Castro.
“Banyak orang sekarang mempertanyakan di Kongres apakah terus memberikan ‘bunker bombs’ ini adalah ide yang baik dan juga menyerukan lebih banyak transparansi,” tambahnya.
Secara teoretis, bom penetrasi ini bisa digunakan untuk menargetkan terowongan yang digunakan oleh Hamas untuk memindahkan personel dan amunisi. Namun, terowongan tersebut berada di bawah area perkotaan yang padat penduduk, yang berarti penggunaan bom tersebut akan menyebabkan banyak korban sipil.
AS sepenuhnya mendukung upaya perang Israel meskipun tekanan internasional yang meningkat untuk gencatan senjata total. Washington berkali-kali mengatakan telah meminta Israel untuk mencoba membatasi korban sipil, meskipun pada saat yang sama mengepung rumah sakit utama di Gaza.
Dengan adanya lonjakan pasokan senjata ini, pertanyaan dan keprihatinan tentang penggunaan bom ‘bunker buster‘ dalam konflik ini semakin berkembang. Harapannya adalah agar keputusan yang diambil dapat meminimalkan dampak terhadap warga sipil yang tidak terlibat dalam konflik tersebut.
Sumber: Aljazeera.com