Islam adalah agama yang memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Sejak awal munculnya, Islam telah mengalami berbagai peristiwa dan perubahan yang membentuk identitas dan karakternya. Salah satu periode penting dalam sejarah Islam adalah masa kekhalifahan Umayyah, yang berlangsung dari tahun 661 hingga 750 Masehi.
Kekhalifahan Umayyah adalah dinasti pertama yang memerintah umat Islam secara luas dan lama. Kekhalifahan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, khalifah kelima dari dinasti ini. Abdul Malik bin Marwan adalah sosok yang berjasa dalam menyatukan umat Islam yang sempat terpecah belah akibat perang saudara. Dia juga dikenal sebagai khalifah yang melakukan berbagai reformasi dan inovasi dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.
Dalam artikel ini, kita akan membahas kisah hidup Abdul Malik bin Marwan, mulai dari awal kehidupannya, karier politiknya, prestasi dan kontribusinya, hingga akhir kehidupannya. Kita juga akan melihat bagaimana pengaruh dan warisan yang ditinggalkan oleh Abdul Malik bin Marwan bagi umat Islam dan dunia. Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk memberikan informasi dan inspirasi kepada pembaca tentang salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam.
Baca Juga: Kisah hidup Marwan bin al-Hakam
Awal Kehidupan
Abdul Malik bin Marwan lahir pada bulan Ramadhan tahun 26 Hijriah (646/647 Masehi) di Madinah, kota yang menjadi pusat perkembangan Islam. Dia berasal dari keluarga Bani Umayyah, salah satu cabang dari Bani Quraish, suku yang sama dengan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Ayahnya adalah Marwan bin Hakam, seorang sekretaris dan penasihat khalifah Utsman bin Affan. Ibunya adalah Aisyah binti Muawiyah bin Al-Mughirah, seorang wanita yang terkenal dengan kecantikan dan kecerdasannya.
Abdul Malik bin Marwan tumbuh di Madinah sebagai seorang anak yang saleh dan zuhud. Dia belajar agama dari para sahabat Nabi yang masih hidup, seperti Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, dan Jabir bin Abdullah. Dia juga belajar ilmu-ilmu lain, seperti sastra, sejarah, dan matematika. Dia memiliki bakat dalam berpidato, berdebat, dan menulis puisi. Dia juga dikenal sebagai orang yang berani, jujur, dan adil.
Karier Politik
Abdul Malik bin Marwan memasuki dunia politik sejak muda. Ketika berusia 16 tahun, dia sudah menjadi komandan pasukan dari Madinah yang berperang melawan Romawi Timur atas perintah khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan. Dia mendapatkan pengalaman berharga dalam bidang militer.
Setelah itu, Abdul Malik bin Marwan kembali ke Madinah dan menjadi asisten ayahnya yang menjadi gubernur Madinah. Dia membantu ayahnya dalam mengelola urusan kota dan menjaga hubungan baik dengan penduduk Madinah, khususnya para ulama dan fuqaha.
Namun, kondisi politik di Madinah berubah menjadi kacau ketika khalifah Muawiyah wafat pada tahun 60 H (680 M) dan digantikan oleh putranya, Yazid bin Muawiyah. Yazid tidak diakui oleh banyak umat Islam, terutama dari keluarga Nabi, seperti Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, dan Husain bin Ali. Yazid juga dituduh melakukan banyak kekejaman dan kemungkaran, seperti membunuh Husain bin Ali di Karbala, menyerang Madinah, dan mengepung Makkah.
Akibatnya, terjadi perang saudara yang disebut Fitnah Kedua, yang memecah belah umat Islam menjadi beberapa kelompok, seperti Bani Umayyah, Bani Hasyim, Khawarij, dan Syiah. Bani Umayyah, yang berpusat di Damaskus, Suriah, dipimpin oleh Marwan bin Hakam, ayah Abdul Malik bin Marwan. Bani Hasyim, yang berpusat di Makkah, dipimpin oleh Abdullah bin Zubair, seorang cucu dari sahabat Nabi, Zubair bin Awwam.
Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah pada tahun 65 H (685 M) setelah ayahnya terbunuh dalam pertempuran. Dia menghadapi banyak tantangan yang mengancam kekhalifahan Umayyah, seperti perang saudara, pemberontakan, dan ancaman dari luar. Dia menghadapi tantangan-tantangan tersebut dengan berbagai strategi, seperti mengalahkan Abdullah bin Zubair, menumpas aliran Khawarij dan Syiah, dan menghadapi Kekaisaran Romawi Timur.
Abdul Malik bin Marwan berhasil mengatasi tantangan-tantangan tersebut dengan bantuan dari para panglima dan gubernur yang setia dan cakap, seperti Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, Al-Hajjaj bin Abdurrahman as-Sulami, dan Qutaibah bin Muslim. Dia juga berhasil mengembalikan kekuasaan Umayyah di seluruh wilayah kekhalifahan dan menyatukan umat Islam yang sempat terpecah belah.
Prestasi dan Kontribusi
Abdul Malik bin Marwan tidak hanya berhasil mengatasi berbagai tantangan politik yang mengancam kekhalifahan Umayyah, tetapi juga berhasil melakukan berbagai prestasi dan kontribusi yang meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan umat Islam. Beberapa prestasi dan kontribusi Abdul Malik bin Marwan adalah sebagai berikut:
- Menyatukan umat Islam. Abdul Malik bin Marwan berhasil mengakhiri perang saudara yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade, dengan mengalahkan Abdullah bin Zubair, menumpas aliran Khawarij dan Syiah, dan mengembalikan kekuasaan Umayyah di seluruh wilayah kekhalifahan. Dia juga berusaha untuk meredakan permusuhan antara Bani Umayyah dan Bani Hasyim, dengan menghormati keluarga Nabi dan memberikan bantuan kepada mereka. Dia juga mengadakan dialog dengan para ulama dan tokoh masyarakat, untuk menjaga persatuan dan kesepakatan dalam masalah-masalah agama.
- Memperluas wilayah kekhalifahan. Abdul Malik bin Marwan melanjutkan kebijakan ekspansi militer yang telah dimulai oleh khalifah-khalifah sebelumnya, dengan mengirim pasukan-pasukan untuk menaklukkan daerah-daerah baru atau mempertahankan daerah-daerah yang sudah dikuasai. Dia berhasil mengalahkan Kekaisaran Romawi Timur dalam beberapa pertempuran, seperti Pertempuran Sebastopolis (692 M), Pertempuran Carthage (698 M), dan Pertempuran Konstantinopel (717-718 M). Dia juga berhasil menaklukkan daerah-daerah di Afrika Utara, seperti Mesir, Libya, Tunisia, dan Maroko. Dia juga berhasil menaklukkan daerah-daerah di Asia Tengah, seperti Transoxiana, Khurasan, dan Sindh.
- Memperkuat pemerintahan. Abdul Malik bin Marwan melakukan berbagai reformasi dan inovasi dalam bidang administrasi, keuangan, hukum, dan militer, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintahan. Dia mencetak dinar emas dan dirham perak, yang menjadi mata uang resmi dan standar internasional di dunia Islam. Dia menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan tunggal di pemerintahan, untuk memudahkan komunikasi dan integrasi antara berbagai daerah dan etnis. Dia juga menetapkan hukum Islam sebagai hukum tunggal dan tertinggi di kekhalifahan, dengan menghapus hukum-hukum yang bertentangan dengan syariat. Dia juga membentuk pasukan-pasukan khusus yang loyal dan profesional, seperti pasukan Syam, pasukan Khurasan, dan pasukan Maghrib.
- Membangun masjid-masjid. Abdul Malik bin Marwan memperhatikan pembangunan dan perbaikan masjid-masjid, sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan umat Islam. Dia membangun Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, yang menjadi masjid ketiga tersuci di dunia Islam. Dia juga membangun Masjid Qubbat As-Sakhrah di Yerusalem, yang menjadi salah satu bangunan paling indah dan megah di dunia Islam. Dia juga membangun atau memperbaiki masjid-masjid lain, seperti Masjid Umar di Damaskus, Masjid Amr bin Ash di Mesir, dan Masjid Qairawan di Tunisia.
- Mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Abdul Malik bin Marwan mendukung dan menghargai para ulama, cendekiawan, seniman, dan sastrawan, yang berkontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Dia memberikan fasilitas dan perlindungan kepada mereka, serta mengundang mereka untuk berkunjung atau tinggal di istananya. Dia juga memerintahkan untuk menerjemahkan berbagai karya ilmiah dan sastra dari bahasa-bahasa asing, seperti Yunani, Persia, dan Sanskerta, ke dalam bahasa Arab. Dia juga memerintahkan untuk menyusun dan menyempurnakan berbagai karya ilmiah dan sastra dalam bahasa Arab, seperti tafsir, hadis, fiqih, sejarah, geografi, astronomi, matematika, kedokteran, sastra, dan puisi.
Akhir Kehidupan
Abdul Malik bin Marwan wafat pada tanggal 8 Oktober 705 M (86 H) di Damaskus, pada usia 59 tahun. Dia dimakamkan di sebuah mausoleum yang dibangun oleh putranya, Al-Walid, di dekat Masjid Umar. Dia digantikan oleh putranya yang tertua, Al-Walid, sebagai khalifah Umayyah berikutnya.
Ketika Abdul Malik bin Marwan wafat, kekhalifahan Umayyah berada pada puncak kejayaannya, baik dari segi luas wilayah, kekuatan militer, kemakmuran ekonomi, stabilitas politik, maupun kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dia dianggap sebagai salah satu khalifah terbaik dan terbesar dalam sejarah Islam, yang berhasil menyelamatkan dan memperbaharui kekhalifahan Umayyah dari ambang kehancuran.
Namun, Abdul Malik bin Marwan juga mendapat kritik dan kecaman dari sebagian umat Islam, terutama dari kelompok-kelompok yang menentang kekuasaan Umayyah, seperti Bani Hasyim, Khawarij, dan Syiah. Dia dituduh sebagai tiran, zalim, dan munafik, yang bertanggung jawab atas pembunuhan, penindasan, dan pengkhianatan terhadap umat Islam. Dia juga dituduh sebagai penyimpang, bid’ah, dan kafir, yang menyimpang dari ajaran dan sunnah Nabi.
Baca Juga: Kisah Hidup Yazid bin Mu’awiyah
Penutup
Demikianlah kisah hidup Abdul Malik bin Marwan, khalifah Umayyah yang berjasa menyatukan umat Islam. Dia adalah sosok yang memiliki berbagai sisi dan pandangan, baik positif maupun negatif, tergantung dari sudut pandang dan kepentingan yang melihatnya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dia adalah sosok yang berpengaruh dan berkontribusi dalam sejarah Islam, yang layak untuk dipelajari dan diambil pelajaran darinya.
Artikel ini ditulis dengan menggunakan berbagai sumber referensi, antara lain:
- Abdul Malik bin Marwan – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
- Abdul Malik Bin Marwan – Ensiklopedia Islam
- Abd al-Malik Ibn Marwân: Biografi dan Politik Ekonomi Pemerintahannya
- Abdul Malik bin Marwan – Wikiwand
FAQ
Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban yang sering ditanyakan oleh pembaca tentang topik artikel ini:
Q: Siapa orang tua dari Abdul Malik bin Marwan?
A: Ayahnya adalah Marwan bin Hakam, seorang sekretaris dan penasihat khalifah Utsman bin Affan. Ibunya adalah Aisyah binti Muawiyah bin Al-Mughirah, seorang wanita yang terkenal dengan kecantikan dan kecerdasannya.
Q: Siapa lawan utama dari Abdul Malik bin Marwan dalam perang saudara?
A: Lawan utamanya adalah Abdullah bin Zubair, seorang cucu dari sahabat Nabi, Zubair bin Awwam, yang menyatakan diri sebagai khalifah di Makkah dan mendapat dukungan dari beberapa daerah.
Q: Siapa panglima yang paling setia dan cakap kepada Abdul Malik bin Marwan dalam menumpas berbagai pemberontakan?
A: Panglima yang paling setia dan cakap adalah Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, seorang tokoh yang kontroversial karena dikenal sebagai orang yang tegas dan keras.
Q: Siapa nama bangunan yang dibangun oleh Abdul Malik bin Marwan di Yerusalem yang menjadi salah satu bangunan paling indah dan megah di dunia Islam?
A: Nama bangunan yang dibangun oleh Abdul Malik bin Marwan di Yerusalem yang menjadi salah satu bangunan paling indah dan megah di dunia Islam adalah Qubbat As-Sakhrah, yang berarti Kubah Batu.
Q: Siapa nama putra dari Abdul Malik bin Marwan yang meneruskan kekuasaannya sebagai khalifah Umayyah berikutnya?
A: Nama putra dari Abdul Malik bin Marwan yang meneruskan kekuasaannya sebagai khalifah Umayyah berikutnya adalah Al-Walid bin Abdul Malik, yang juga dikenal sebagai khalifah yang membangun Masjid Al-Aqsa.