Kisah hidup Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu

Anda tentu sudah pernah mendengar nama Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, salah satu cucu tercinta Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, apakah Anda tahu tentang kisah hidupnya yang penuh dengan kejadian menakjubkan, pelajaran berharga, dan inspirasi luar biasa? Jika belum, maka artikel ini akan membantu Anda untuk mengenal lebih dekat sosok yang dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, adil, dan zuhud, dan salah satu pemuda surga.

Baca Juga: Kisah Hidup Ali bin Abi thalib radhiyallahu ‘anhu

Latar belakang keluarga dan masa kecil

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu lahir pada tahun 3 Hijriyah, di Madinah. Ayahnya adalah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, dan salah satu dari empat Khalifah Rasyidin. Ibunya adalah Fatimah binti Muhammad radhiyallahu ‘anha, putri kesayangan Nabi Muhammad, dan wanita terbaik di surga. Hasan bin Ali memiliki tiga saudara, yaitu Husain, Zainab, dan Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anhum.

Sejak kecil, Hasan bin Ali mendapatkan kasih sayang yang luar biasa dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi Muhammad sering menggendong, mencium, dan memeluk Hasan dan Husain. Nabi Muhammad juga sering bermain dan bercanda dengan mereka. Bahkan, Nabi Muhammad pernah memotong khutbahnya di atas mimbar, hanya untuk mengambil Hasan dan Husain yang sedang berlari-lari di masjid.

Hasan bin Ali juga mendapatkan pendidikan yang terbaik dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hasan bin Ali belajar tentang agama, akhlak, dan ilmu dari Nabi Muhammad dan ayahnya Ali bin Abi Thalib. Hasan bin Ali juga mengikuti Nabi Muhammad dan ayahnya dalam beberapa peperangan, seperti Perang Khaibar, Perang Hunain, dan Perang Tabuk. Hasan bin Ali juga menyaksikan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti Perjanjian Hudaibiyah, Fathu Makkah, dan Haji Wada’.

Peran dan kontribusi dalam Islam

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu memiliki peran dan kontribusi yang besar dalam Islam, baik sebagai sahabat Nabi Muhammad, sebagai pemimpin kaum Muslimin, maupun sebagai ulama dan ahli ibadah. Hasan bin Ali adalah salah satu orang yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hasan bin Ali juga adalah salah satu orang yang paling mirip dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik dari segi wajah, suara, akhlak, maupun ibadah. Hasan bin Ali memiliki wajah yang tampan, suara yang merdu, akhlak yang mulia, dan ibadah yang tekun. Hasan bin Ali sering shalat malam, puasa sunnah, dan membaca Al-Qur’an. Hasan bin Ali juga sangat mirip dengan Nabi Muhammad dalam hal keberanian, kejujuran, dan keadilan.

Hasan bin Ali juga adalah salah satu pemimpin kaum Muslimin yang dihormati dan disegani. Hasan bin Ali menjadi Khalifah selanjutnya setelah wafatnya ayahnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Hasan bin Ali mewarisi keilmuan, kebijaksanaan, dan kewibawaan ayahnya. Hasan bin Ali juga memiliki banyak pengikut yang setia dan mencintainya. Hasan bin Ali juga diakui sebagai salah satu ulama dan ahli fiqih yang terkemuka. Hasan bin Ali banyak mengeluarkan fatwa, menyampaikan khutbah, dan memberikan nasehat.

Hasan bin Ali juga memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan yang diberikan oleh Allah dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hasan bin Ali juga adalah salah satu dari empat orang yang disebut-sebut dalam Al-Qur’an, yaitu dalam surat Al-Ahzab ayat 33, yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” Hasan bin Ali juga adalah salah satu dari dua orang yang disebut sebagai pemimpin pemuda surga oleh Nabi Muhammad. Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya Hasan dan Husain adalah pemimpin pemuda surga.” (HR. Tirmidzi)

Kepemimpinan sebagai Khalifah

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu menjadi Khalifah pada tahun 40 Hijriyah, setelah ayahnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu wafat akibat luka yang ditimbulkan oleh Abdurrahman bin Muljam, salah satu dari kelompok Khawarij. Hasan bin Ali menghadapi tantangan dan konflik yang sangat besar, baik dari dalam maupun dari luar.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Hasan bin Ali adalah pemberontakan Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Suriah, yang tidak mau mengakui kepemimpinan Hasan bin Ali. Muawiyah mengklaim bahwa ia lebih berhak menjadi Khalifah, karena ia adalah sahabat Nabi Muhammad. Muawiyah juga menghasut sebagian besar penduduk Suriah, Mesir, dan Hijaz untuk mendukungnya. Muawiyah juga memiliki pasukan yang besar, kuat, dan terlatih.

Hasan bin Ali juga menghadapi perpecahan di kalangan pengikutnya sendiri. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang setia dan mencintai Hasan bin Ali, dan bersedia berjuang bersamanya. Namun, sebagian lainnya adalah orang-orang yang munafik, khianat, dan rakus. Mereka hanya mengikuti Hasan bin Ali karena mengharapkan harta dan jabatan. Mereka juga mudah terpengaruh oleh fitnah dan uang suap dari pihak Muawiyah. Mereka bahkan berani mengkhianati Hasan bin Ali, dengan mencuri hartanya, melukainya, dan mencoba membunuhnya.

Hasan bin Ali juga menghadapi upaya pembunuhan terhadap dirinya. Salah satu upaya pembunuhan yang paling terkenal adalah ketika seorang bernama Jarrah bin Sinan menikam Hasan bin Ali di paha, ketika ia sedang shalat subuh di masjid. Hasan bin Ali selamat dari upaya pembunuhan tersebut, namun lukanya sangat parah, dan ia harus dirawat di rumah.

Dengan kondisi yang demikian, Hasan bin Ali mengambil keputusan yang sangat berat, yaitu mengundurkan diri dari jabatan Khalifah, dan menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah. Keputusan ini diambil oleh Hasan bin Ali setelah melakukan musyawarah dengan para sahabat, ulama, dan keluarganya. Keputusan ini juga diambil dengan alasan dan hikmah yang mulia, yaitu untuk menjaga persatuan dan perdamaian di kalangan umat Islam, untuk menghindari pertumpahan darah dan pembunuhan di antara saudara seiman, dan untuk mengikuti wasiat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Keputusan Hasan bin Ali ini didasarkan pada sebuah hadis, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya anakku ini (Hasan) adalah seorang pemimpin. Allah akan menjadikannya sebagai penyelesaian perselisihan antara dua golongan besar dari umatku.” Hadis ini menunjukkan bahwa Hasan bin Ali memiliki peran penting dalam menyatukan umat Islam yang terpecah belah akibat perang saudara.

Keputusan Hasan bin Ali ini juga didasarkan pada sebuah perjanjian yang dibuat antara Hasan bin Ali dan Muawiyah, yang berisi beberapa syarat dan ketentuan, antara lain:

  • Muawiyah harus mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjalankan pemerintahan.
  • Muawiyah tidak boleh menunjuk penggantinya, melainkan harus menyerahkan urusan tersebut kepada umat Islam.
  • Muawiyah harus menghentikan fitnah dan permusuhan terhadap keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, khususnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan pengikutnya.
  • Muawiyah harus mengembalikan hak-hak dan kehormatan para sahabat, ulama, dan orang-orang yang berjasa dalam Islam.
  • Muawiyah harus mengadili dan menghukum para pembunuh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan para sahabat yang lain.
  • Muawiyah harus menjamin keselamatan dan kesejahteraan Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu dan keluarganya.

Keputusan Hasan bin Ali ini mendapat pujian dan penghargaan dari banyak orang, yang menganggapnya sebagai tindakan yang bijaksana, adil, dan zuhud. Hasan bin Ali menunjukkan bahwa ia tidak menginginkan dunia, melainkan hanya menginginkan ridha Allah dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hasan bin Ali juga menunjukkan bahwa ia lebih mengutamakan kepentingan umat Islam, daripada kepentingan pribadi atau kelompoknya. Hasan bin Ali juga menunjukkan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang bertanggung jawab, yang tidak lari dari masalah, melainkan mencari solusi yang terbaik.

Namun, keputusan Hasan bin Ali ini juga mendapat celaan dan kecaman dari sebagian orang, yang menganggapnya sebagai tindakan yang pengecut, lemah, dan khianat. Mereka mengatakan bahwa Hasan bin Ali telah mengkhianati ayahnya, yang telah berjuang mati-matian untuk mempertahankan kebenaran. Mereka juga mengatakan bahwa Hasan bin Ali telah menyerahkan umat Islam kepada seorang tiran, yang akan menindas dan menganiaya mereka. Mereka juga mengatakan bahwa Hasan bin Ali telah menghancurkan cita-cita dan harapan umat Islam, yang menginginkan kepemimpinan yang adil dan rasyid.

Namun, celaan dan kecaman ini tidak menggoyahkan Hasan bin Ali, karena ia yakin bahwa ia telah melakukan yang terbaik, sesuai dengan petunjuk Allah dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hasan bin Ali juga yakin bahwa Allah akan memberikan balasan yang setimpal, baik kepada dirinya, maupun kepada orang-orang yang menzaliminya. Hasan bin Ali juga yakin bahwa sejarah akan membuktikan kebenaran dan keadilan dari keputusannya. Hasan bin Ali berkata, “Demi Allah, apa yang telah aku lakukan adalah lebih baik bagi umat Islam, daripada apa yang mereka inginkan. Aku tidak takut kepada makhluk, melainkan hanya kepada Allah. Aku tidak menginginkan dunia, melainkan hanya akhirat. Aku tidak mencari kemuliaan, melainkan hanya kebenaran. Aku tidak mengkhianati umat Islam, melainkan aku menyelamatkan mereka dari bencana yang lebih besar.”

Kehidupan setelah mengundurkan diri dari Khalifah

Setelah mengundurkan diri dari jabatan Khalifah, Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu tidak berhenti berkontribusi dalam Islam. Hasan bin Ali tetap aktif dalam berdakwah, mengajar, dan beribadah. Hasan bin Ali juga tetap menjaga hubungan baik dengan saudara-saudaranya, khususnya Husain radhiyallahu ‘anhu, yang menjadi pengganti Hasan bin Ali sebagai pemimpin keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu menunjukkan sifat-sifat yang zuhud, dermawan, sabar, dan tawakkal. Hasan bin Ali tidak tergoda oleh harta dan kekuasaan yang ditawarkan oleh Muawiyah. Hasan bin Ali juga tidak terpengaruh oleh cemoohan dan ejekan yang dilemparkan oleh sebagian orang. Hasan bin Ali juga tidak terpikat oleh kenikmatan dan kesenangan dunia. Hasan bin Ali lebih memilih untuk hidup sederhana, bersih, dan taat.

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu juga banyak melakukan kebaikan dan kemanfaatan kepada orang lain. Hasan bin Ali sering membagikan hartanya kepada orang miskin, fakir, dan yatim. Hasan bin Ali juga sering membantu orang yang membutuhkan, baik dengan uang, barang, maupun nasihat. Hasan bin Ali juga sering memaafkan orang yang berbuat salah kepada dirinya, baik dengan ucapan, perbuatan, maupun doa.

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu juga banyak mengalami kisah-kisah menarik dan menginspirasi, yang menunjukkan keutamaan dan keistimewaannya. Berikut adalah beberapa kisah yang terkenal tentang Hasan bin Ali:

  • Suatu hari, Hasan bin Ali sedang berjalan di pasar, ketika ia melihat seorang tua yang sedang mencaci-maki Hasan bin Ali dengan kata-kata yang sangat kasar dan keji. Hasan bin Ali tidak marah, melainkan ia mendekati orang tua tersebut dengan senyum dan santun. Hasan bin Ali berkata, “Wahai kakek, barangkali engkau baru datang ke kota ini, sehingga engkau tidak mengenalku. Jika engkau membutuhkan uang, aku akan memberimu. Jika engkau membutuhkan tempat tinggal, aku akan memberimu. Jika engkau membutuhkan makanan, aku akan memberimu. Jika engkau membutuhkan pakaian, aku akan memberimu. Jika engkau membutuhkan kendaraan, aku akan memberimu. Jika engkau membutuhkan teman, aku akan menjadi temanmu.” Mendengar jawaban Hasan bin Ali, orang tua tersebut merasa malu dan menyesal. Ia meminta maaf kepada Hasan bin Ali, dan mengakui bahwa Hasan bin Ali adalah orang yang mulia dan terpuji.
  • Suatu hari, Hasan bin Ali sedang berada di rumahnya, ketika ia mendengar ada yang mengetuk pintu. Hasan bin Ali membuka pintu, dan ternyata yang datang adalah seorang utusan dari Muawiyah, yang membawa sejumlah besar harta sebagai hadiah untuk Hasan bin Ali. Hasan bin Ali menolak hadiah tersebut, dan berkata, “Katakan kepada Muawiyah, bahwa aku tidak membutuhkan hartanya, karena aku sudah memiliki harta yang lebih baik daripada hartanya. Hartaku adalah Al-Qur’an, yang tidak akan habis oleh bacaan. Hartaku adalah ilmu, yang tidak akan berkurang oleh pengajaran. Hartaku adalah shalat, yang tidak akan putus oleh kematian. Hartaku adalah sedekah, yang tidak akan berkurang oleh pemberian. Hartaku adalah zuhud, yang tidak akan tergoda oleh dunia. Hartaku adalah Allah, yang tidak akan meninggalkanku di saat kesulitan.”
  • Suatu hari, Hasan bin Ali sedang sakit parah akibat racun yang diberikan oleh istrinya sendiri atas perintah Muawiyah. Hasan bin Ali merasakan sakit yang luar biasa, dan ia tahu bahwa ajalnya sudah dekat. Hasan bin Ali memanggil saudaranya Husain, dan memberikan wasiat kepadanya. Hasan bin Ali berkata, “Wahai saudaraku, aku akan meninggalkanmu dalam keadaan yang sangat sulit. Aku tahu bahwa engkau akan menghadapi banyak cobaan dan ujian. Aku tahu bahwa engkau akan dibunuh dengan cara yang sangat kejam. Aku tahu bahwa keluargamu akan ditawan dan disiksa. Aku tahu bahwa umat Islam akan terpecah belah dan saling membunuh. Namun, aku harap engkau tetap bersabar, ikhlas, dan bertawakkal kepada Allah. Janganlah engkau berputus asa, karena Allah akan memberikan balasan yang adil kepada orang-orang yang zalim, dan akan memberikan kemenangan dan kemuliaan kepada orang-orang yang beriman. Janganlah engkau lupa, bahwa engkau adalah cucu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan engkau adalah pemimpin pemuda surga. Janganlah engkau lupa, bahwa aku mencintaimu, dan aku akan menunggumu di surga.”

Baca Juga: Kisah hidup Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu

Wafatnya Hasan bin Ali

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu wafat pada tahun 50 Hijriyah, di Madinah, dalam usia 47 tahun. Penyebab kematiannya adalah racun yang diberikan oleh istrinya sendiri, yang bernama Ja’dah binti Asy’ats, atas perintah Muawiyah. Ja’dah binti Asy’ats adalah salah satu dari banyak istri Hasan bin Ali, yang menikahinya dengan maksud untuk membunuhnya. Ja’dah binti Asy’ats diberi uang suap oleh Muawiyah, yang menginginkan kematian Hasan bin Ali, agar ia bisa menunjuk putranya, Yazid, sebagai penggantinya.

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu menghadapi kematian dengan tenang dan husnul khatimah. Hasan bin Ali mengucapkan syahadat, dan berdoa kepada Allah dengan kata-kata yang indah dan menyentuh. Hasan bin Ali berkata, “Ya Allah, Engkaulah yang telah memberiku kehidupan, dan Engkaulah yang akan mengambilnya. Engkaulah yang telah memberiku nikmat, dan Engkaulah yang akan mengujinya. Engkaulah yang telah memberiku kehormatan, dan Engkaulah yang akan mengujiinya. Engkaulah yang telah memberiku cinta, dan Engkaulah yang akan mengujiinya. Ya Allah, aku bersyukur kepada-Mu atas segala nikmat-Mu, dan aku memohon ampun kepada-Mu atas segala dosa-ku. Ya Allah, terimalah ruhku dengan rahmat-Mu, dan masukkanlah aku ke dalam surga-Mu, bersama dengan Nabi-Mu, ayahku, ibuku, dan saudara-saudaraku.”

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu dimakamkan di Madinah, di samping kuburan kakeknya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pemakamannya dihadiri oleh saudaranya, Husain radhiyallahu ‘anhu, dan sebagian besar penduduk Madinah, yang menangisi kepergiannya. Namun, pemakamannya juga diwarnai oleh kekerasan dan penistaan dari pihak Muawiyah, yang mengirim pasukannya untuk menembaki jenazah Hasan bin Ali dengan panah, dan untuk menghalangi pemakaman Hasan bin Ali di samping kuburan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akhirnya, Husain radhiyallahu ‘anhu memutuskan untuk memakamkan Hasan bin Ali di Baqi’, tempat pemakaman para sahabat dan keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pesan dan pelajaran dari kisah hidup Hasan bin Ali

Dari kisah hidup Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, kita dapat mengambil banyak pesan dan pelajaran yang bermanfaat dan berharga. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  • Kita harus mencintai dan menghormati Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, karena ia adalah cucu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan salah satu pemimpin umat Islam. Kita juga harus mengikuti teladan Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, dalam hal keimanan, ilmu, akhlak, dan ibadah.
  • Kita harus menjaga persatuan dan perdamaian di kalangan umat Islam, dan menghindari perpecahan dan permusuhan. Kita harus menghargai perbedaan pendapat, dan mencari solusi yang adil dan bijaksana. Kita harus mengutamakan kepentingan umum, daripada kepentingan pribadi atau kelompok.
  • Kita harus bersabar dan tawakkal dalam menghadapi cobaan dan ujian. Kita harus yakin bahwa Allah akan memberikan balasan yang setimpal, baik kepada orang-orang yang berbuat baik, maupun kepada orang-orang yang berbuat jahat. Kita harus berharap pada rahmat dan ampunan Allah, dan tidak berputus asa dari rahmat-Nya.
  • Kita harus zuhud dan dermawan dalam mengelola harta dan kekuasaan. Kita harus menyadari bahwa harta dan kekuasaan adalah amanah dari Allah, yang harus kita gunakan untuk kebaikan dan kemanfaatan. Kita harus bersyukur atas nikmat Allah, dan tidak lupa untuk bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
  • Kita harus mencintai dan menghormati keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, khususnya Ahlul Bait, yang merupakan orang-orang yang paling dekat dan paling mengetahui tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita juga harus mengambil manfaat dari ilmu dan keutamaan mereka, dan tidak menyakiti atau menzalimi mereka.

Kesimpulan

Demikianlah artikel tentang kisah hidup Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, yang merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam. Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu adalah cucu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang sangat dicintai dan disayangi oleh beliau. Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu juga adalah Khalifah, yang memimpin umat Islam dengan adil dan bijaksana. Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu juga adalah ulama dan ahli ibadah, yang memiliki ilmu dan akhlak yang tinggi. Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu juga adalah pemimpin pemuda surga, yang memiliki keutamaan dan keistimewaan yang luar biasa.

Semoga artikel ini bermanfaat dan menginspirasi kita untuk mengenal lebih dekat Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, dan untuk mengikuti jejak dan teladannya. Semoga Allah meridhai Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, dan mengumpulkan kita bersamanya di surga-Nya. Aamiin.

Pertanyaan dan jawaban

Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban yang berkaitan dengan artikel ini:

Siapakah ayah dan ibu Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu?

Ayahnya adalah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, dan ibunya adalah Fatimah binti Muhammad radhiyallahu ‘anha.

Siapakah saudara-saudara Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu?

Saudara-saudaranya adalah Husain, Zainab, dan Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anhum.

Kapan dan bagaimana Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu menjadi Khalifah?

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu menjadi Khalifah pada tahun 40 Hijriyah, setelah ayahnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu wafat akibat luka yang ditimbulkan oleh Abdurrahman bin Muljam, salah satu dari kelompok Khawarij.

Mengapa Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu mengundurkan diri dari jabatan Khalifah?

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu mengundurkan diri dari jabatan Khalifah untuk menjaga persatuan dan perdamaian di kalangan umat Islam, untuk menghindari pertumpahan darah dan pembunuhan di antara saudara seiman, dan untuk mengikuti wasiat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Siapakah yang memberikan racun kepada Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, dan atas perintah siapa?

Istrinya sendiri, yang bernama Ja’dah binti Asy’ats, memberikan racun kepada Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, atas perintah Muawiyah bin Abi Sufyan.

Getting Info...

About the Author

The best of humanity is the one who is most beneficial to others. When someone has passed away, their deeds are severed except for three things: ongoing charity (Sadaqah Jariyah), beneficial knowledge, and a righteous child who prays for their paren…

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.