Kisah Hidup Hisyam bin Abdul Malik

Hisyam bin Abdul Malik adalah salah satu khalifah dari dinasti Umayyah yang memerintah dunia Islam pada abad ke-8 Masehi. Ia lahir pada tahun 691 M di Damaskus, Suriah, dan meninggal pada tahun 743 M di Rusafah, Irak. Ia adalah khalifah dari dinasti Umayyah.

Hisyam bin Abdul Malik penting dalam sejarah Islam karena ia berhasil mempertahankan dan memperluas kekuasaan dinasti Umayyah di tengah berbagai tantangan dan konflik. Ia juga dikenal sebagai khalifah yang adil, bijaksana, dan berwibawa. Ia banyak melakukan pembangunan dan reformasi dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer. Ia juga mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan seni Islam.

Baca Juga: Kisah hidup Yazid bin Abdul Malik

Kehidupan Awal

Hisyam bin Abdul Malik berasal dari keluarga dan dinasti Umayyah, yang merupakan keturunan dari Umayyah bin Abd Syams, paman Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Ayahnya adalah Abdul Malik bin Marwan, khalifah dari dinasti Umayyah, dan ibunya adalah Atikah binti Yazid bin Muawiyah, cucu dari Muawiyah bin Abu Sufyan, pendiri dinasti Umayyah.

Hisyam bin Abdul Malik mendapatkan pendidikan dan pembinaan agama yang baik sejak kecil. Ia belajar membaca dan menulis Al-Quran, hadis, fiqih, bahasa Arab, sastra, sejarah, dan ilmu-ilmu lainnya. Ia juga belajar mengenai pemerintahan dan kepemimpinan dari ayah dan kakak-kakaknya.

Hisyam bin Abdul Malik mulai terlibat dalam pemerintahan sejak masa kekhalifahan ayahnya, Abdul Malik bin Marwan, yang memerintah dari tahun 685 M hingga 705 M. Ia diangkat sebagai gubernur di beberapa wilayah, seperti Palestina, Yordania, dan Mesir. Ia juga membantu ayahnya dalam menghadapi pemberontakan dan perang melawan dinasti Abbasiyah, yang merupakan saingan utama dinasti Umayyah.

Setelah ayahnya meninggal, Hisyam bin Abdul Malik mendukung kakaknya, Al-Walid bin Abdul Malik, yang menjadi khalifah dari dinasti Umayyah. Ia tetap menjadi gubernur di beberapa wilayah, dan juga menjadi penasihat dan wakil kakaknya dalam urusan pemerintahan. Ia juga ikut serta dalam ekspedisi militer yang dilakukan oleh kakaknya untuk menaklukkan wilayah-wilayah baru, seperti Afrika Utara, Spanyol, Transoxiana, dan India.

Kekhalifahan

Hisyam bin Abdul Malik menjadi khalifah pada tahun 724 M, setelah kakaknya, Sulaiman bin Abdul Malik, meninggal. Ia menjadi khalifah dari dinasti Umayyah. Ia memerintah selama 19 tahun, dari tahun 724 M hingga 743 M.

Sebagai khalifah, Hisyam bin Abdul Malik melakukan banyak kebijakan dan prestasi dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  • Ia memperkuat otoritas dan kewibawaan khalifah sebagai pemimpin tertinggi dunia Islam. Ia menegakkan hukum dan keadilan, serta mengawasi jalannya pemerintahan di berbagai wilayah. Ia juga mengatur sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dan profesional.
  • Ia memperbaiki kondisi ekonomi dan keuangan negara. Ia mengatur sistem perpajakan dan pengeluaran yang adil dan transparan. Ia juga mengembangkan sektor pertanian, perdagangan, dan industri. Ia membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, kanal-kanal, dan bendungan-bendungan untuk memudahkan transportasi dan irigasi. Ia juga mengeluarkan mata uang emas dan perak yang bermutu tinggi dan berstandar internasional.
  • Ia memperhatikan kesejahteraan dan kebutuhan rakyat. Ia memberikan bantuan dan subsidi kepada orang-orang miskin, yatim, piatu, janda, dan fakir miskin. Ia juga membangun dan memperbaiki fasilitas-fasilitas publik, seperti masjid, sekolah, rumah sakit, panti asuhan, dan panti jompo. Ia juga mengadakan program-program pendidikan, kesehatan, dan sosial yang bermanfaat bagi rakyat.
  • Ia mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan seni Islam. Ia mendirikan dan membiayai banyak lembaga-lembaga pendidikan, seperti universitas, madrasah, dan perpustakaan. Ia juga mengundang dan memberi perlindungan kepada para ulama, ilmuwan, dan seniman dari berbagai negara dan disiplin ilmu. Ia juga mengirimkan utusan-utusan ke berbagai negara untuk belajar dan bertukar pengetahuan dan budaya.
  • Ia mempertahankan dan memperluas wilayah kekuasaan dinasti Umayyah. Ia mengirimkan pasukan-pasukan militer untuk menaklukkan wilayah-wilayah baru, seperti Sindh, Sindhu, dan Kashmir di India, serta Khurasan, Bukhara, dan Samarkand di Asia Tengah. Ia juga memperkuat pertahanan dan keamanan di wilayah-wilayah yang telah dikuasai, seperti Suriah, Mesir, Irak, Hijaz, Yaman, Maghrib, Andalusia, dan Anatolia. Ia juga menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan dengan berbagai negara dan kerajaan, seperti Cina, Tibet, Bizantium, dan Franka.
  • Ia juga menghadapi dan menumpas berbagai pemberontakan dan perang yang mengancam kestabilan dinasti Umayyah. Ia menghadapi pemberontakan dari dinasti Abbasiyah, yang didukung oleh orang-orang Persia dan Syiah. Ia juga menghadapi pemberontakan dari orang-orang Khawarij, yang menentang kekuasaan Umayyah. Ia juga menghadapi perang melawan Kekaisaran Romawi Timur, yang berusaha merebut kembali wilayah-wilayah yang telah direbut oleh Umayyah.
  • Ia juga mengatasi berbagai bencana dan musibah yang menimpa dunia Islam. Ia mengatasi wabah penyakit yang menyebar di berbagai wilayah, dan menyebabkan banyak korban jiwa. Ia juga mengatasi kelaparan dan kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim dan kegagalan panen. Ia juga mengatasi gempa bumi dan banjir yang merusak banyak bangunan dan infrastruktur.

Kematian dan Warisan

Hisyam bin Abdul Malik meninggal pada tahun 743 M, di usia 52 tahun, di Rusafah, Irak. Ia meninggal karena sakit yang dideritanya selama beberapa waktu. Ia dimakamkan di dekat tempat ia meninggal, dan makamnya masih dapat dikunjungi hingga sekarang.

Hisyam bin Abdul Malik digantikan oleh keponakannya, Al-Walid bin Yazid, yang menjadi khalifah dari dinasti Umayyah. Namun, kekhalifahan Al-Walid bin Yazid tidak berlangsung lama, karena ia dibunuh oleh pamannya, Yazid bin Al-Walid, yang kemudian menjadi khalifah ke-12 dari dinasti Umayyah. Dinasti Umayyah sendiri akhirnya runtuh pada tahun 750 M, setelah dikalahkan oleh dinasti Abbasiyah dalam Pertempuran Zab.

Hisyam bin Abdul Malik dinilai oleh sejarawan dan umat Islam sebagai salah satu khalifah terbaik dari dinasti Umayyah. Ia dihormati dan disanjung karena keadilan, kebijaksanaan, dan keberhasilannya dalam memimpin dunia Islam. Ia juga dianggap sebagai salah satu khalifah yang mendapat petunjuk, karena ia mengikuti ajaran dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Ia juga dianggap sebagai salah satu tokoh yang berjasa dalam mengembangkan peradaban Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan seni.

Baca Juga: Kisah hidup Umar bin Abdul Aziz

Kesimpulan

Dari artikel ini, kita dapat mengetahui kisah hidup Hisyam bin Abdul Malik, salah satu khalifah dari dinasti Umayyah yang memerintah dunia Islam pada abad ke-8 M. Ia lahir dari keluarga dan dinasti Umayyah, yang merupakan keturunan dari Umayyah bin Abd Syams, paman Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Ia mendapatkan pendidikan dan pembinaan agama yang baik sejak kecil, dan terlibat dalam pemerintahan sejak masa kekhalifahan ayah dan kakak-kakaknya. Ia menjadi khalifah pada tahun 724 M, dan memerintah selama 19 tahun, hingga tahun 743 M.

Selama masa kekhalifahannya, ia melakukan banyak kebijakan dan prestasi dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer. Ia memperkuat otoritas dan kewibawaan khalifah, memperbaiki kondisi ekonomi dan keuangan negara, memperhatikan kesejahteraan dan kebutuhan rakyat, mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan seni Islam, dan mempertahankan dan memperluas wilayah kekuasaan dinasti Umayyah. Ia juga menghadapi dan mengatasi berbagai tantangan dan konflik, seperti pemberontakan, perang, wabah, kelaparan, kekeringan, gempa bumi, dan banjir.

Ia meninggal pada tahun 743 M, di usia 52 tahun, di Rusafah, Irak. Ia digantikan oleh keponakannya, Al-Walid bin Yazid, yang menjadi khalifah ke-11 dari dinasti Umayyah. Dinasti Umayyah sendiri akhirnya runtuh pada tahun 750 M, setelah dikalahkan oleh dinasti Abbasiyah. Hisyam bin Abdul Malik dinilai oleh sejarawan dan umat Islam sebagai salah satu khalifah terbaik dari dinasti Umayyah. Ia dihormati dan disanjung karena keadilan, kebijaksanaan, dan keberhasilannya dalam memimpin dunia Islam. Ia juga dianggap sebagai salah satu khalifah yang mendapat petunjuk, dan salah satu tokoh yang berjasa dalam mengembangkan peradaban Islam.

Pertanyaan dan Jawaban

Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban yang unik dan relevan dengan topik artikel:

Q: Siapa nama ayah dan ibu Hisyam bin Abdul Malik?

A: Ayahnya adalah Abdul Malik bin Marwan, khalifah dari dinasti Umayyah, dan ibunya adalah Atikah binti Yazid bin Muawiyah, cucu dari Muawiyah bin Abu Sufyan, pendiri dinasti Umayyah.

Q: Di mana dan kapan Hisyam bin Abdul Malik lahir dan meninggal?

A: Ia lahir pada tahun 691 M di Damaskus, Suriah, dan meninggal pada tahun 743 M di Rusafah, Irak.

Q: Apa nama mata uang emas dan perak yang dikeluarkan oleh Hisyam bin Abdul Malik?

A: Nama mata uang emas yang dikeluarkan oleh Hisyam bin Abdul Malik adalah dinar, dan nama mata uang perak yang dikeluarkan oleh Hisyam bin Abdul Malik adalah dirham.

Q: Apa nama lembaga pendidikan tertua yang didirikan oleh Hisyam bin Abdul Malik?

A: Nama lembaga pendidikan tertua yang didirikan oleh Hisyam bin Abdul Malik adalah Universitas Al-Qarawiyyin, yang terletak di Fez, Maroko.

Q: Apa nama pemberontakan terbesar yang dihadapi oleh Hisyam bin Abdul Malik?

A: Nama pemberontakan terbesar yang dihadapi oleh Hisyam bin Abdul Malik adalah pemberontakan Abbasiyah, yang didukung oleh orang-orang Persia dan Syiah.

Sumber:

  • Hisyam bin Abdul-Malik. (2023, November 23). Diambil dari [Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas].
  • Daulah Umayyah: Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M) Dekat dengan Ulama. (2023, April 14). Diambil dari [Republika Online].
  • Hisyam bin Abdul-Malik. (2023, Oktober 10). Diambil dari [Wikipedia Indonesia].
  • Hisyam bin Abdul-Malik. (2023, September 9). Diambil dari [Wikiwand].

Getting Info...

About the Author

The best of humanity is the one who is most beneficial to others. When someone has passed away, their deeds are severed except for three things: ongoing charity (Sadaqah Jariyah), beneficial knowledge, and a righteous child who prays for their paren…

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.