Sulaiman bin Abdul Malik adalah khalifah dari dinasti Umayyah, yang memerintah dari tahun 715 hingga 717 M. Ia dikenal sebagai salah satu khalifah yang berhasil memperluas wilayah kekhalifahan, membangun masjid dan kota, mereformasi administrasi dan ekonomi, serta menjalin hubungan baik dengan ulama dan rakyat. Namun, ia juga mendapat kritik dan kontroversi karena beberapa keputusan dan tindakannya yang dianggap tidak adil atau tidak sesuai dengan syariat Islam. Artikel ini akan mengulas kisah hidup Sulaiman bin Abdul Malik, mulai dari latar belakang keluarga dan masa kecilnya, pendidikan dan karier politiknya, kenaikan ke tampuk kekuasaan, prestasi-prestasinya, hingga akhir hayat dan warisannya.
Baca Juga: Kisah Hidup Al-Walid bin Abdul Malik
Siapa Sulaiman bin Abdul Malik?
Latar belakang keluarga dan masa kecil
Sulaiman bin Abdul Malik lahir pada tahun 674 M di Damaskus, ibu kota kekhalifahan Umayyah. Ia adalah putra keempat dari Abdul Malik bin Marwan, khalifah kelima Umayyah, dan saudara tiri dari Al-Walid bin Abdul Malik, khalifah ketujuh Umayyah. Ia berasal dari keluarga yang berpengaruh dan kaya, karena ayahnya adalah seorang gubernur dan kemudian khalifah, sedangkan ibunya adalah seorang putri dari klan Kalb, salah satu sekutu utama Umayyah. Sulaiman bin Abdul Malik memiliki sembilan saudara laki-laki dan empat saudara perempuan, yang beberapa di antaranya juga menjabat sebagai pejabat atau penguasa di berbagai wilayah kekhalifahan.
Sulaiman bin Abdul Malik mendapat pendidikan yang baik sejak kecil, baik dari ayahnya maupun dari guru-guru yang diangkat oleh ayahnya. Ia belajar tentang agama Islam, bahasa Arab, sastra, sejarah, matematika, astronomi, dan ilmu-ilmu lainnya. Ia juga belajar tentang seni berperang, berkuda, berburu, dan olahraga. Ia dikenal sebagai seorang yang cerdas, berwibawa, murah hati, dan berani. Ia juga gemar membaca dan menulis puisi, serta memiliki bakat dalam bidang arsitektur dan konstruksi.
Pendidikan dan karier politik
Sulaiman bin Abdul Malik mulai terlibat dalam urusan politik sejak usia muda, karena ayahnya mengangkatnya sebagai wali (gubernur) di beberapa wilayah, seperti Palestina, Yordania, dan Mesir. Ia juga mendampingi ayahnya dalam beberapa ekspedisi militer, seperti melawan Kekaisaran Bizantium dan Khawarij. Ia menunjukkan kemampuan dan loyalitasnya sebagai seorang pemimpin dan panglima perang, sehingga mendapat kepercayaan dan penghargaan dari ayahnya.
Sulaiman bin Abdul Malik juga menjadi salah satu penasihat utama saudara tirinya, Al-Walid bin Abdul Malik, ketika ia naik tahta sebagai khalifah pada tahun 705 M. Ia membantu saudaranya dalam mengatur administrasi, keuangan, dan kebijakan kekhalifahan. Ia juga mendukung saudaranya dalam melanjutkan perluasan wilayah kekhalifahan, terutama di Asia Tengah, India, dan Afrika Utara. Ia juga berperan dalam membangun beberapa masjid dan kota baru, seperti Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, Masjid Qubbat Al-Sakhrah di Damaskus, dan Kota Fustat di Mesir.
Kenaikan ke tampuk kekuasaan
Sulaiman bin Abdul Malik menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Walid bin Abdul Malik, meninggal pada tahun 715 M. Ia menjadi khalifah karena saudaranya telah menunjuknya sebagai pewarisnya sebelum meninggal, meskipun ada beberapa pihak yang tidak setuju dengan keputusan tersebut. Beberapa pihak yang tidak setuju adalah saudara-saudara Sulaiman bin Abdul Malik yang lain, terutama Abd Al-Aziz bin Marwan, yang merupakan wali di Mesir, dan Umar bin Abdul Aziz, yang merupakan wali di Madinah. Mereka berdua merasa lebih berhak menjadi khalifah daripada Sulaiman bin Abdul Malik, karena mereka lebih tua dan lebih saleh. Namun, Sulaiman bin Abdul Malik berhasil mengatasi perlawanan mereka dengan cara diplomatis dan militer, sehingga ia dapat mengamankan posisinya sebagai khalifah.
Apa prestasi Sulaiman bin Abdul Malik?
Perluasan wilayah kekhalifahan
Sulaiman bin Abdul Malik melanjutkan kebijakan ekspansi militer yang telah dilakukan oleh ayahnya dan saudaranya. Ia mengirim pasukan-pasukan ke berbagai arah untuk menaklukkan wilayah-wilayah baru atau mempertahankan wilayah-wilayah yang telah dikuasai. Beberapa wilayah yang berhasil ditaklukkan atau dipertahankan oleh Sulaiman bin Abdul Malik adalah:
- Asia Tengah: Sulaiman bin Abdul Malik mengirim jenderal Qutaybah bin Muslim untuk menaklukkan wilayah-wilayah di Asia Tengah, seperti Transoxiana, Khwarezm, Sogdia, dan Fergana. Qutaybah bin Muslim berhasil mengalahkan pasukan-pasukan dari Kekaisaran Tiongkok, Kekaisaran Tibet, dan Kekhanan Turk. Ia juga berhasil menyebarkan Islam di wilayah-wilayah tersebut, serta mendirikan kota-kota dan benteng-benteng baru.
- India: Sulaiman bin Abdul Malik mengirim jenderal Muhammad bin Qasim untuk menaklukkan wilayah-wilayah di India, terutama di Sindh dan Punjab. Muhammad bin Qasim berhasil mengalahkan raja-raja Hindu dan Buddha, serta mendirikan pemerintahan Islam di wilayah-wilayah tersebut. Ia juga berhasil membawa banyak tawanan dan harta benda ke Damaskus, serta menyebarkan Islam di India.
- Afrika Utara: Sulaiman bin Abdul Malik mengirim jenderal Hasan bin Al-Nu’man untuk menaklukkan wilayah-wilayah di Afrika Utara, terutama di Ifriqiya (Tunisia) dan Maghrib (Maroko). Hasan bin Al-Nu’man berhasil mengalahkan pasukan-pasukan dari Kekaisaran Bizantium dan Kerajaan Berber, serta mendirikan pemerintahan Islam di wilayah-wilayah tersebut. Ia juga berhasil membangun kota-kota dan masjid-masjid baru, seperti Kairouan dan Masjid Agung Kairouan.
- Eropa: Sulaiman bin Abdul Malik mengirim jenderal Anbasa bin Suhaym Al-Kalbi untuk menaklukkan wilayah-wilayah di Eropa, terutama di Spanyol dan Prancis. Anbasa bin Suhaym Al-Kalbi berhasil mengalahkan pasukan-pasukan dari Kerajaan Visigoth dan Kerajaan Franka, serta mendirikan pemerintahan Islam di wilayah-wilayah tersebut. Ia juga berhasil membangun kota-kota dan masjid-masjid baru, seperti Cordoba dan Masjid Agung Cordoba.
- Timur Tengah: Sulaiman bin Abdul Malik mengirim jenderal Maslamah bin Abdul Malik, yang merupakan saudara kandungnya, untuk menaklukkan wilayah-wilayah di Timur Tengah, terutama di Armenia dan Anatolia. Maslamah bin Abdul Malik berhasil mengalahkan pasukan-pasukan dari Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Khazar, serta mendirikan pemerintahan Islam di wilayah-wilayah tersebut. Ia juga berhasil membangun kota-kota dan benteng-benteng baru, seperti Malatya dan Anazarbus.
Pembangunan masjid dan kota
Sulaiman bin Abdul Malik tidak hanya memperluas wilayah kekhalifahan, tetapi juga memperindah dan memperkaya wilayah-wilayah tersebut dengan membangun masjid-masjid dan kota-kota baru. Beberapa masjid dan kota yang dibangun oleh Sulaiman bin Abdul Malik adalah:
- Masjid Al-Aqsa: Sulaiman bin Abdul Malik melanjutkan pembangunan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, yang telah dimulai oleh ayahnya. Ia menyelesaikan pembangunan kubah, mihrab, mimbar, dan halaman masjid. Ia juga menghiasi masjid dengan marmer, mozaik, dan kaligrafi. Masjid Al-Aqsa menjadi salah satu masjid terbesar dan terindah di dunia, serta menjadi tempat suci bagi umat Islam, Yahudi, dan Kristen.
- Masjid Qubbat Al-Sakhrah: Sulaiman bin Abdul Malik membangun Masjid Qubbat Al-Sakhrah di Damaskus, di atas batu karang yang diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad naik ke langit (Isra Mi’raj). Ia membangun masjid berbentuk kubah yang berwarna emas, dengan diameter 20 meter dan tinggi 30 meter. Ia juga menghiasi masjid dengan marmer, mozaik, dan kaligrafi. Masjid Qubbat Al-Sakhrah menjadi salah satu masjid terunik dan tersakral di dunia, serta menjadi simbol keagungan kekhalifahan Umayyah.
- Kota Fustat: Sulaiman bin Abdul Malik membangun kota Fustat di Mesir, di tepi sungai Nil. Ia membangun kota yang luas dan modern, dengan jalan-jalan, pasar-pasar, masjid-masjid, istana-istana, dan taman-taman. Ia juga membangun kanal-kanal dan bendungan-bendungan untuk mengairi tanah dan mengendalikan banjir. Kota Fustat menjadi ibu kota dan pusat perdagangan kekhalifahan Umayyah di Afrika, serta menjadi kota terbesar dan terkaya di dunia pada masanya.
Reformasi administrasi dan ekonomi
Sulaiman bin Abdul Malik tidak hanya memperluas dan memperindah wilayah kekhalifahan, tetapi juga memperbaiki dan memperkuat wilayah-wilayah tersebut dengan mereformasi administrasi dan ekonomi. Beberapa reformasi yang dilakukan oleh Sulaiman bin Abdul Malik adalah:
- Pembaruan mata uang: Sulaiman bin Abdul Malik memperbarui sistem mata uang kekhalifahan, yang sebelumnya menggunakan mata uang dari Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Persia. Ia mencetak mata uang baru yang bernama dinar (emas) dan dirham (perak), yang memiliki nilai tetap dan standar berat. Ia juga mengukir kalimat syahadat dan nama khalifah pada mata uang tersebut. Pembaruan mata uang ini meningkatkan stabilitas dan kemakmuran ekonomi kekhalifahan, serta menunjukkan kemandirian dan identitas Islam.
- Pembaruan pajak: Sulaiman bin Abdul Malik memperbarui sistem pajak kekhalifahan, yang sebelumnya menggunakan sistem pajak dari Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Persia. Ia menghapus pajak-pajak yang tidak adil atau tidak sesuai dengan syariat Islam, seperti pajak tanah, pajak kepala, dan pajak profesi. Ia juga mengurangi pajak-pajak yang memberatkan rakyat, seperti pajak perdagangan, pajak pertanian, dan pajak garam. Ia hanya memungut pajak-pajak yang wajib atau sunnah, seperti zakat, jizyah, kharaj, dan usyur. Pembaruan pajak ini mengurangi beban dan ketidakpuasan rakyat, serta meningkatkan kesejahteraan dan kesetiaan rakyat.
- Pembaruan birokrasi: Sulaiman bin Abdul Malik memperbarui sistem birokrasi kekhalifahan, yang sebelumnya menggunakan sistem birokrasi dari Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Persia. Ia menghapus jabatan-jabatan yang tidak perlu atau tidak efisien, seperti sekretaris, bendahara, dan inspektur. Ia juga mengurangi jumlah pejabat-pejabat yang korup atau tidak kompeten, seperti wali-wali, hakim-hakim, dan pengawas-pengawas. Ia hanya menunjuk pejabat-pejabat yang jujur, adil, dan berilmu, seperti saudara-saudaranya, sahabat-sahabatnya, dan ulama-ulama. Pembaruan birokrasi ini mengurangi biaya dan kesalahan administrasi, serta meningkatkan efektivitas dan kredibilitas pemerintahan.
Hubungan dengan ulama dan rakyat
Sulaiman bin Abdul Malik tidak hanya memperluas, memperindah, dan memperkuat wilayah kekhalifahan, tetapi juga menjalin hubungan baik dengan ulama dan rakyat. Beberapa hal yang dilakukan oleh Sulaiman bin Abdul Malik untuk menjalin hubungan baik dengan ulama dan rakyat adalah:
- Menghormati dan mendukung ulama: Sulaiman bin Abdul Malik menghormati dan mendukung ulama-ulama yang berilmu dan bertaqwa, seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Al-Awza’i, dan Imam Al-Zuhri. Ia memberikan mereka kebebasan dan perlindungan untuk mengajar dan menyebarkan ilmu agama. Ia juga memberikan mereka hadiah dan bantuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ia juga meminta nasihat dan fatwa dari mereka dalam mengambil keputusan dan kebijakan. Ia juga mengundang mereka untuk berdiskusi dan berdebat dengan sopan dan santun.
- Murah hati dan peduli dengan rakyat: Sulaiman bin Abdul Malik murah hati dan peduli dengan rakyat, terutama dengan rakyat yang miskin, yatim, dan dhuafa. Ia memberikan mereka bantuan dan sedekah secara rutin dan besar-besaran. Ia juga membangun dan mendanai rumah-rumah sakit, panti asuhan, sekolah-sekolah, dan tempat-tempat ibadah untuk rakyat. Ia juga mengampuni dan mengurangi hukuman bagi rakyat yang melakukan kesalahan atau pelanggaran. Ia juga mendengarkan dan menyelesaikan keluhan dan permintaan rakyat dengan sabar dan adil.
Bagaimana akhir hayat Sulaiman bin Abdul Malik?
Penyakit dan kematian
Sulaiman bin Abdul Malik meninggal pada tahun 717 M, setelah memerintah sebagai khalifah selama dua tahun. Ia meninggal karena penyakit yang dideritanya sejak lama, yaitu penyakit kulit yang disebut lepra. Penyakit ini membuat kulitnya menjadi bercak-bercak, bersisik, dan berbau busuk. Penyakit ini juga membuatnya merasa sakit dan lemah, serta mengurangi daya tariknya. Sulaiman bin Abdul Malik berusaha menyembuhkan penyakitnya dengan berbagai cara, seperti berobat ke dokter, minum obat-obatan, dan berdoa kepada Allah. Namun, penyakitnya tidak kunjung sembuh, bahkan semakin parah. Ia akhirnya meninggal di istananya di Damaskus, dengan dikelilingi oleh keluarga dan sahabat-sahabatnya. Ia dimakamkan di dekat Masjid Qubbat Al-Sakhrah, yang ia bangun sendiri.
Warisan dan pengaruh
Sulaiman bin Abdul Malik meninggalkan warisan dan pengaruh yang besar bagi kekhalifahan Umayyah dan dunia Islam. Ia dianggap sebagai salah satu khalifah terbaik dan terbesar dari dinasti Umayyah, yang berhasil memperluas, memperindah, memperkuat, dan memperbaiki wilayah kekhalifahan. Ia juga dihormati dan dicintai oleh ulama dan rakyat, karena sikapnya yang murah hati, peduli, dan adil. Ia juga dikenang sebagai seorang yang cerdas, berwibawa, dan berani, yang memiliki bakat dalam bidang politik, militer, ekonomi, dan arsitektur. Ia juga memberikan sumbangan dan inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan budaya Islam.
Kritik dan kontroversi
Meskipun Sulaiman bin Abdul Malik memiliki banyak prestasi dan kebaikan, ia juga mendapat kritik dan kontroversi karena beberapa keputusan dan tindakannya yang dianggap tidak adil atau tidak sesuai dengan syariat Islam. Beberapa kritik dan kontroversi yang ditujukan kepada Sulaiman bin Abdul Malik adalah:
- Menunjuk dirinya sendiri sebagai pewaris saudaranya: Sulaiman bin Abdul Malik dikritik karena ia menunjuk dirinya sendiri sebagai pewaris saudaranya, Al-Walid bin Abdul Malik, tanpa persetujuan dari keluarga atau majelis syura. Ia juga dikritik karena ia menggunakan kekuatan dan tipu daya untuk mengatasi perlawanan dari saudara-saudaranya yang lain, terutama Abd Al-Aziz bin Marwan dan Umar bin Abdul Aziz, yang merasa lebih berhak menjadi khalifah daripada Sulaiman bin Abdul Malik. Ia juga dikritik karena ia menyalahi wasiat ayahnya, Abdul Malik bin Marwan, yang telah menetapkan urutan pewarisan khalifah berdasarkan usia dan keutamaan.
- Menyerang Kekaisaran Bizantium tanpa alasan: Sulaiman bin Abdul Malik dikritik karena ia menyerang Kekaisaran Bizantium tanpa alasan yang jelas atau mendesak. Ia dikritik karena ia mengorbankan banyak nyawa dan harta benda Muslim dalam perang yang sia-sia dan tidak berakhir. Ia juga dikritik karena ia mengabaikan perjanjian damai yang telah dibuat oleh saudaranya, Al-Walid bin Abdul Malik, dengan kaisar Bizantium, Leo III, yang menghentikan permusuhan dan memberikan konsesi-konsesi kepada Muslim. Ia juga dikritik karena ia mengganggu kestabilan dan keamanan wilayah-wilayah kekhalifahan yang berbatasan dengan Bizantium, seperti Suriah, Palestina, dan Mesir.
- Membangun Masjid Qubbat Al-Sakhrah dengan uang zakat: Sulaiman bin Abdul Malik dikritik karena ia membangun Masjid Qubbat Al-Sakhrah dengan menggunakan uang zakat, yang seharusnya disalurkan kepada fakir miskin, yatim piatu, dan orang-orang yang membutuhkan. Ia dikritik karena ia menyia-nyiakan uang zakat untuk membangun masjid yang mewah dan megah, yang tidak memberikan manfaat yang besar bagi umat Islam. Ia juga dikritik karena ia mengubah fungsi batu karang yang menjadi tempat suci bagi umat Islam, Yahudi, dan Kristen, menjadi tempat ibadah khusus bagi umat Islam saja.
- Menyembunyikan penyakitnya dari rakyat: Sulaiman bin Abdul Malik dikritik karena ia menyembunyikan penyakitnya dari rakyat, yang membuat rakyat tidak mengetahui kondisi kesehatan dan keadaan khalifah mereka. Ia dikritik karena ia tidak jujur dan transparan kepada rakyat, yang dapat menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan. Ia juga dikritik karena ia tidak mempersiapkan penggantinya dengan baik, yang dapat menimbulkan kekacauan dan perselisihan setelah ia meninggal. Ia juga dikritik karena ia tidak bertobat dan memperbaiki diri dari penyakitnya, yang dapat menjadi azab dan balasan dari Allah.
Baca Juga: Kisah Hidup Abdul Malik bin Marwan
Kesimpulan
Artikel ini telah mengulas kisah hidup Sulaiman bin Abdul Malik, khalifah dari dinasti Umayyah, yang memerintah dari tahun 715 hingga 717 M. Artikel ini telah menjelaskan siapa Sulaiman bin Abdul Malik, apa prestasi-prestasinya, dan bagaimana akhir hayatnya. Dari artikel ini, kita dapat mengetahui bahwa Sulaiman bin Abdul Malik adalah seorang khalifah yang hebat dan mulia, yang memberikan kontribusi yang besar bagi kejayaan dan kemajuan kekhalifahan Umayyah dan dunia Islam.
Pertanyaan yang sering diajukan
Q: Siapa yang menjadi khalifah setelah Sulaiman bin Abdul Malik meninggal?
A: Khalifah yang menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik adalah Umar bin Abdul Aziz, yang merupakan keponakan dan menantu Sulaiman bin Abdul Malik. Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai khalifah yang saleh dan zuhud, yang melakukan banyak reformasi agama dan sosial.
Q: Apa penyebab penyakit lepra yang diderita oleh Sulaiman bin Abdul Malik?
A: Penyebab penyakit lepra adalah bakteri yang bernama Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit, saraf, dan organ-organ lainnya. Bakteri ini dapat menular melalui kontak langsung atau melalui udara.
Q: Apa hubungan Sulaiman bin Abdul Malik dengan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam?
A: Sulaiman bin Abdul Malik adalah keturunan dari Umayyah bin Abd Syams, yang merupakan paman dari Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Dengan demikian, Sulaiman bin Abdul Malik adalah saudara sepupu dari Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam.
Q: Apa yang membuat Masjid Qubbat Al-Sakhrah menjadi unik dan tersakral?
A: Masjid Qubbat Al-Sakhrah menjadi unik dan tersakral karena bentuk, warna, dan lokasinya. Masjid ini berbentuk kubah yang berwarna emas, yang mencerminkan keagungan dan kemuliaan Allah. Masjid ini juga berlokasi di atas batu karang yang diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam naik ke langit (Isra Mi’raj), yang merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Q: Apa yang membuat Kota Fustat menjadi kota terbesar dan terkaya di dunia pada masanya?
A: Kota Fustat menjadi kota terbesar dan terkaya di dunia pada masanya karena lokasi, ukuran, dan kemajuan nya. Kota ini berlokasi di tepi sungai Nil, yang merupakan sumber air, pertanian, dan perdagangan. Kota ini juga memiliki ukuran yang luas dan modern, dengan jalan-jalan, pasar-pasar, masjid-masjid, istana-istana, dan taman-taman. Kota ini juga memiliki kemajuan yang tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan budaya, yang dipengaruhi oleh berbagai peradaban, seperti Mesir, Yunani, Romawi, Persia, dan Arab.