Kisah hidup Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu tokoh sejarah Islam yang sangat terkenal dan dihormati. Ia adalah khalifah Bani Umayyah yang kesembilan, yang memerintah dari tahun 99 H hingga 101 H (717-720 M). Ia dikenal sebagai khalifah yang adil, zuhud, dan wara’, yang membawa perubahan besar dalam sistem pemerintahan dan masyarakat Islam. Ia juga disebut sebagai khalifah yang kelima dari Khulafa’ur Rasyidin, yaitu para pemimpin Islam yang mengikuti jejak Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan sahabat-sahabatnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas kisah hidup Umar bin Abdul Aziz, mulai dari latar belakang keluarganya, karier politik dan militer, kepribadian dan akhlak, hingga akhir hayatnya. Kita juga akan mengetahui mengapa ia disebut sebagai khalifah yang adil, apa saja prestasi dan kontribusinya, dan bagaimana warisan dan pengaruhnya hingga saat ini.

Baca Juga: Kisah hidup Sulaiman bin Abdul Malik

Siapa Umar bin Abdul Aziz?

Umar bin Abdul Aziz lahir pada tahun 63 H (682 M) di Madinah, kota yang menjadi pusat peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Ia berasal dari keluarga yang terhormat dan berpengaruh, baik dari sisi ayah maupun ibu. Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan, yang merupakan gubernur Mesir dan saudara dari khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim bin Umar bin Khattab, yang merupakan cucu dari sahabat Nabi yang terkenal, Umar bin Khattab. Dengan demikian, Umar bin Abdul Aziz memiliki darah Bani Umayyah dari ayahnya, dan darah Bani Hashim dari ibunya.

Umar bin Abdul Aziz mendapatkan pendidikan yang baik dan berkualitas, baik dari orang tuanya maupun dari para ulama dan ahli ilmu yang ada di Madinah. Ia belajar tentang Al-Quran, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sastra, Sejarah, dan lain-lain. Ia juga belajar tentang kepemimpinan, politik, dan militer dari ayahnya, yang merupakan seorang pemimpin yang cakap dan bijaksana. Ia memiliki kecerdasan, keberanian, dan kejujuran yang tinggi, yang membuatnya disukai dan dihormati oleh banyak orang.

Karier politik dan militer

Umar bin Abdul Aziz memulai karier politik dan militer pada usia muda, ketika ia diangkat sebagai wali (pemimpin) di Madinah oleh pamannya, khalifah Abdul Malik bin Marwan, pada tahun 86 H (705 M). Ia menunjukkan kinerja yang baik dan berhasil menyelesaikan berbagai masalah yang ada di kota tersebut, seperti masalah keamanan, keadilan, dan kesejahteraan. Ia juga menghormati dan melindungi hak-hak para ulama dan ahli ilmu, serta menjaga hubungan baik dengan masyarakat.

Pada tahun 91 H (709 M), Umar bin Abdul Aziz dipindahkan ke wilayah Palestina, yang merupakan salah satu wilayah penting dan strategis dalam kekhalifahan Bani Umayyah. Ia menjadi wali di sana selama empat tahun, dan melanjutkan kinerja yang baiknya. Ia juga berperan dalam mempertahankan wilayah tersebut dari serangan-serangan musuh, seperti Romawi dan Khawarij. Ia berhasil mengalahkan mereka dalam beberapa pertempuran, seperti Pertempuran Qastal pada tahun 92 H (710 M), dan Pertempuran Tabariyah pada tahun 93 H (711 M).

Pada tahun 95 H (713 M), Umar bin Abdul Aziz kembali ke Madinah, dan menikah dengan Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan, yang merupakan putri dari pamannya. Pernikahan ini membuatnya semakin dekat dengan keluarga khalifah, dan meningkatkan kedudukannya di mata masyarakat. Ia juga mendapatkan kepercayaan dari khalifah Sulaiman bin Abdul Malik bin Marwan, yang merupakan saudara dari istrinya, untuk menjadi penggantinya sebagai khalifah. Hal ini terjadi karena Sulaiman tidak memiliki anak laki-laki, dan ia menganggap Umar bin Abdul Aziz sebagai orang yang paling pantas untuk menjadi khalifah.

Pada tahun 99 H (717 M), Sulaiman bin Abdul Malik bin Marwan meninggal dunia, dan Umar bin Abdul Aziz pun naik tahta sebagai khalifah Bani Umayyah yang kesembilan. Ia menerima jabatan ini dengan rasa takut dan tanggung jawab, karena ia menyadari bahwa menjadi khalifah bukanlah perkara mudah, melainkan sebuah amanah yang besar dari Allah SWT. Ia berdoa kepada Allah SWT agar diberi petunjuk dan bantuan dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah.

Kepribadian dan akhlak

Umar bin Abdul Aziz adalah seorang yang memiliki sifat-sifat dan perilaku-perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam yang ia anut. Ia adalah seorang yang tidak terpengaruh dan tergoda oleh harta dan dunia. Ia tidak menumpuk kekayaan dengan menggunakan uang negara, melainkan hidup sederhana dan hemat. Ia juga tidak tinggal di istana-istana mewah, melainkan di rumah-rumah biasa. Ia juga tidak memakai pakaian-pakaian mahal, melainkan pakaian-pakaian yang sederhana dan bersih.

Umar bin Abdul Aziz juga adalah seorang yang menjauhi segala hal yang meragukan dan berpotensi menjadi dosa. Ia tidak melanggar syariat Islam, melainkan berusaha untuk menaati perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Ia juga tidak berlaku zalim dan kasar, melainkan berlaku adil dan lembut. Ia juga tidak berlagak sombong dan angkuh, melainkan berlagak rendah hati dan tawadhu’.

Umar bin Abdul Aziz juga adalah seorang yang giat beribadah, yaitu melakukan kewajiban-kewajiban sebagai seorang Muslim, seperti shalat, puasa, zakat, dan lain-lain. Ia juga melakukan sunnah-sunnah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, seperti shalat malam, puasa senin-kamis, dan lain-lain. Ia juga gemar membaca dan menghafal Al-Quran, serta mempelajari dan mengamalkan Hadits. Ia juga banyak berdoa dan berdzikir, serta memohon ampun dan rahmat dari Allah SWT.

Umar bin Abdul Aziz juga adalah seorang yang cinta ilmu, yaitu senang belajar dan mengajar tentang berbagai ilmu yang bermanfaat. Ia adalah seorang yang pintar dan berpengetahuan luas.

Mengapa Umar bin Abdul Aziz disebut sebagai khalifah yang adil?

Umar bin Abdul Aziz disebut sebagai khalifah yang adil, karena ia melakukan berbagai reformasi dan kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki dan memperadil sistem pemerintahan dan masyarakat Islam. Ia tidak hanya memperhatikan kepentingan keluarga dan golongannya sendiri, melainkan juga kepentingan umat Islam secara keseluruhan. Ia juga tidak membeda-bedakan antara orang-orang yang berbeda suku, ras, warna kulit, atau agama, melainkan memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada semua orang. Berikut adalah beberapa contoh reformasi dan kebijakan yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz:

Reformasi administrasi dan keuangan

Umar bin Abdul Aziz melakukan reformasi administrasi dan keuangan, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan negara. Ia mengganti para pejabat dan gubernur yang korup, tidak kompeten, atau tidak adil, dengan orang-orang yang jujur, cakap, dan adil. Ia juga mengawasi dan mengaudit penggunaan uang negara, serta memastikan bahwa tidak ada penyelewengan atau pemborosan. Ia juga menghapuskan pajak-pajak yang tidak sesuai dengan syariat Islam, seperti jizyah (pajak atas non-Muslim), kharaj (pajak atas tanah), dan usyur (pajak atas perdagangan). Ia juga mengembalikan hak-hak milik yang dirampas oleh penguasa-penguasa sebelumnya, seperti tanah, harta, dan budak. Ia juga membagikan uang negara secara adil dan merata kepada rakyat, terutama kepada fakir miskin, yatim piatu, dan janda.

Penegakan syariat Islam dan dakwah

Umar bin Abdul Aziz melakukan penegakan syariat Islam dan dakwah, dengan tujuan untuk menjaga kemurnian dan kesempurnaan ajaran Islam, serta menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Ia mengeluarkan perintah-perintah yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadits, serta menghapuskan bid’ah-bid’ah (inovasi) dan khurafat (kesyirikan) yang menyimpang dari Islam. Ia juga menghukum para pelaku kejahatan dan maksiat, serta memberikan perlindungan dan kebebasan kepada para penuntut ilmu dan pendakwah. Ia juga mengirimkan utusan-utusan dan pasukan-pasukan untuk menyampaikan dakwah dan jihad ke berbagai wilayah, seperti India, Cina, Afrika, dan Eropa. Ia juga mengajak dan membantu para non-Muslim untuk masuk Islam, dengan memberikan penjelasan dan insentif yang menarik. Ia juga menghormati dan mengakui hak-hak para non-Muslim yang hidup di bawah kekuasaannya, serta memberikan perlindungan dan fasilitas kepada mereka.

Kebijakan sosial dan kesejahteraan

Umar bin Abdul Aziz melakukan kebijakan sosial dan kesejahteraan, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat, serta mengurangi kesenjangan dan ketimpangan sosial. Ia membangun dan memperbaiki infrastruktur dan fasilitas publik, seperti jalan, jembatan, bendungan, irigasi, pasar, rumah sakit, dan lain-lain. Ia juga memberikan bantuan dan subsidi kepada rakyat, terutama kepada yang membutuhkan, seperti pangan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Ia juga mengatur dan mengawasi harga-harga barang dan jasa, serta mencegah praktek-praktek monopoli, kartel, dan spekulasi. Ia juga mengembangkan dan mendiversifikasi sektor-sektor ekonomi, seperti pertanian, industri, perdagangan, dan lain-lain. Ia juga mendorong dan memberikan insentif kepada rakyat untuk bekerja, berusaha, dan berinovasi. Ia juga menumbuhkan dan menjaga semangat persaudaraan, solidaritas, dan toleransi antara rakyat, serta mencegah dan menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi.

Apa saja prestasi dan kontribusi Umar bin Abdul Aziz?

Umar bin Abdul Aziz memiliki banyak prestasi dan kontribusi yang bermanfaat bagi Islam dan umat manusia. Ia tidak hanya memperbaiki dan memperadil sistem pemerintahan dan masyarakat Islam, melainkan juga membangun dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan, seperti agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Ia juga tidak hanya mempertahankan dan memperluas wilayah kekhalifahan Bani Umayyah, melainkan juga menyebarkan Islam ke berbagai penjuru dunia. Berikut adalah beberapa contoh prestasi dan kontribusi Umar bin Abdul Aziz:

Membangun masjid dan madrasah

Umar bin Abdul Aziz membangun dan memperbaiki banyak masjid dan madrasah, yang merupakan tempat-tempat ibadah dan pendidikan bagi umat Islam. Ia memperindah dan memperluas Masjid Nabawi di Madinah, yang merupakan masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Ia juga membangun dan memperluas Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, yang merupakan masjid yang menjadi tempat Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Ia juga membangun dan memperluas Masjid Umar bin Abdul Aziz di Damaskus, yang merupakan masjid yang menjadi pusat pemerintahan dan kebudayaan Bani Umayyah. Ia juga membangun dan memperluas banyak masjid dan madrasah lainnya di berbagai wilayah, seperti Mesir, Irak, Persia, dan lain-lain.

Menyelesaikan masalah khilafah dan fitnah

Umar bin Abdul Aziz menyelesaikan masalah khilafah dan fitnah, yang merupakan masalah-masalah yang berkaitan dengan kepemimpinan dan perselisihan dalam umat Islam. Ia mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Bani Umayyah dan Bani Abbas, yang merupakan dua keluarga besar yang bersaing untuk menjadi khalifah. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Bani Umayyah dan Bani Ali, yang merupakan dua keluarga besar yang bersaing untuk menjadi khalifah. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Bani Umayyah dan Bani Hashim, yang merupakan dua keluarga besar yang bersaing untuk menjadi khalifah. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Sunni dan Syiah, yang merupakan dua kelompok besar yang berselisih tentang masalah khilafah. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Ahlus Sunnah dan Khawarij, yang merupakan dua kelompok besar yang berselisih tentang masalah khilafah. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Ahlus Sunnah dan Mu’tazilah, yang merupakan dua kelompok besar yang berselisih tentang masalah akidah. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Ahlus Sunnah dan Qadariyah, yang merupakan dua kelompok besar yang berselisih tentang masalah qadar. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Ahlus Sunnah dan Murji’ah, yang merupakan dua kelompok besar yang berselisih tentang masalah iman. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Ahlus Sunnah dan Jahmiyah, yang merupakan dua kelompok besar yang berselisih tentang masalah sifat Allah. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Ahlus Sunnah dan Zindiq, yang merupakan dua kelompok besar yang berselisih tentang masalah tauhid. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Ahlus Sunnah dan Ahlul Bid’ah, yang merupakan dua kelompok besar yang berselisih tentang masalah ibadah. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Ahlus Sunnah dan Ahlul Khurafat, yang merupakan dua kelompok besar yang berselisih tentang masalah kepercayaan. Ia juga mengakhiri persaingan dan permusuhan antara Ahlus Sunnah dan Ahlul Ahwa, yang merupakan dua kelompok besar yang berselisih tentang masalah hawa nafsu.

Mendorong ilmu pengetahuan dan kebudayaan

Umar bin Abdul Aziz mendorong ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas umat Islam, serta mengembangkan peradaban dan kebudayaan Islam. Ia mendukung dan memberikan fasilitas kepada para ulama dan ahli ilmu, yang merupakan orang-orang yang menguasai dan mengembangkan berbagai ilmu yang bermanfaat, seperti Al-Quran, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sastra, Sejarah, Matematika, Astronomi, Geografi, Kedokteran, dan lain-lain. Ia juga mendukung dan memberikan fasilitas kepada para seniman dan budayawan, yang merupakan orang-orang yang menguasai dan mengembangkan berbagai seni dan kebudayaan yang indah, seperti Kaligrafi, Arsitektur, Musik, Puisi, Cerita, dan lain-lain. Ia juga mendukung dan memberikan fasilitas kepada para penjelajah dan penakluk, yang merupakan orang-orang yang menemukan dan menaklukkan berbagai wilayah dan bangsa yang baru, seperti India, Cina, Afrika, dan Eropa. Ia juga mendukung dan memberikan fasilitas kepada para penulis dan penerjemah, yang merupakan orang-orang yang menulis dan menerjemahkan berbagai buku dan karya yang bermanfaat, baik dari bahasa Arab ke bahasa lain, maupun dari bahasa lain ke bahasa Arab. Ia juga mendukung dan memberikan fasilitas kepada para pengumpul dan penyusun, yang merupakan orang-orang yang mengumpulkan dan menyusun berbagai data dan informasi yang bermanfaat, seperti genealogi, biografi, kronologi, geografi, dan lain-lain.

Bagaimana akhir hayat Umar bin Abdul Aziz?

Umar bin Abdul Aziz mengakhiri hayatnya dengan cara yang mulia dan syahid, yaitu meninggal dunia karena dibunuh oleh musuh-musuhnya, yang tidak senang dengan kebijakan-kebijakan yang ia lakukan. Ia meninggal dunia pada tahun 101 H (720 M), di usia 39 tahun, setelah memerintah sebagai khalifah selama dua tahun dan lima bulan. Ia meninggalkan warisan dan pengaruh yang besar bagi Islam dan umat manusia. Berikut adalah beberapa hal yang terjadi pada akhir hayat Umar bin Abdul Aziz:

Wasiat dan pesan terakhir

Umar bin Abdul Aziz meninggalkan wasiat dan pesan terakhir, yang merupakan nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk bagi keluarga, sahabat, dan umat Islam. Ia menulis wasiatnya dalam sebuah surat, yang berisi hal-hal sebagai berikut:

  • Ia memohon ampun dan rahmat dari Allah SWT, serta bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT, dan bahwa Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam adalah utusan Allah SWT.
  • Ia memerintahkan kepada keluarganya untuk bertakwa kepada Allah SWT, menjaga shalat, membayar zakat, berbuat baik kepada orang tua, dan menjauhi maksiat.
  • Ia memerintahkan kepada sahabatnya, Yazid bin Abi Muslim, untuk mengurus jenazahnya, serta menguburkannya di pekuburan Baki’ di Madinah, di dekat makam para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
  • Ia memerintahkan kepada sahabatnya, Adi bin Artah, untuk mengumumkan kematianya, serta mengangkat Yazid bin Abi Muslim sebagai khalifah penggantinya, dengan syarat bahwa ia akan melanjutkan kebijakan-kebijakan yang ia lakukan.
  • Ia memerintahkan kepada umat Islam untuk bersatu, berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadits, serta mengikuti sunnah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan Khulafa’ur Rasyidin.
  • Ia meminta maaf kepada semua orang yang ia khianati, zalimi, atau sakiti, serta memaafkan semua orang yang mengkhianati, menzalimi, atau menyakitinya.

Kematian dan pemakaman

Umar bin Abdul Aziz meninggal dunia karena dibunuh oleh musuh-musuhnya, yang merupakan orang-orang yang tidak senang dengan kebijakan-kebijakannya, terutama yang berkaitan dengan reformasi keuangan dan penegakan syariat Islam. Mereka meracuni makanannya, sehingga ia jatuh sakit dan tidak bisa sembuh. Ia meninggal dunia di rumahnya di Damaskus, dengan tenang dan husnul khatimah. Ia meninggal dunia pada malam Jumat, 25 Rajab 101 H (5 Februari 720 M), di usia 39 tahun.

Jenazah Umar bin Abdul Aziz diurus oleh sahabatnya, Yazid bin Abi Muslim, sesuai dengan wasiatnya. Ia dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan diiringi oleh banyak orang yang berduka cita. Ia dikuburkan di pekuburan Baki’ di Madinah, di dekat makam para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Ia mendapatkan penghormatan dan penghargaan yang tinggi dari umat Islam, yang menganggapnya sebagai khalifah yang adil dan zuhud.

Warisan dan pengaruh

Umar bin Abdul Aziz meninggalkan warisan dan pengaruh yang besar bagi Islam dan umat manusia, yang terlihat hingga saat ini. Ia dianggap sebagai khalifah yang kelima dari Khulafa’ur Rasyidin, yaitu para pemimpin Islam yang mengikuti jejak Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan sahabat-sahabatnya. Ia juga dianggap sebagai mujaddid (pembaharu) abad kedua Hijriyah, yaitu orang yang memperbaharui dan memurnikan ajaran Islam dari penyimpangan dan kekacauan. Ia juga dianggap sebagai salah satu tokoh sejarah Islam yang paling berpengaruh, yaitu orang yang memberikan sumbangsih dan inspirasi bagi perkembangan Islam dan peradaban manusia.

Beberapa contoh warisan dan pengaruh Umar bin Abdul Aziz adalah sebagai berikut:

  • Ia berhasil menghapuskan kemiskinan dan kelaparan di wilayah kekhalifahan Bani Umayyah, sehingga tidak ada lagi orang yang membutuhkan zakat, melainkan orang yang memberikan zakat.
  • Ia berhasil menyatukan dan mengharmoniskan umat Islam, sehingga tidak ada lagi perselisihan dan permusuhan antara kelompok-kelompok yang berbeda, melainkan persaudaraan dan toleransi.
  • Ia berhasil menyebarkan dan mengokohkan Islam di berbagai wilayah dan bangsa, sehingga tidak ada lagi orang yang kafir, melainkan orang yang masuk Islam atau berdamai dengan Islam.
  • Ia berhasil mengumpulkan dan menyusun Hadits, yaitu perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, yang merupakan sumber hukum dan ajaran Islam setelah Al-Quran.
  • Ia berhasil mengembangkan dan mendiversifikasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan, yaitu berbagai ilmu dan seni yang bermanfaat bagi kehidupan dan peradaban manusia, baik dari sisi agama, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

Demikianlah kisah hidup Umar bin Abdul Aziz, yang merupakan salah satu tokoh sejarah Islam yang sangat terkenal dan dihormati. Ia adalah khalifah yang adil, zuhud, dan wara’, yang membawa perubahan besar dalam sistem pemerintahan dan masyarakat Islam. Ia juga adalah khalifah yang cerdas, berani, dan jujur, yang membangun dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan, seperti agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Ia juga adalah khalifah yang rajin beribadah, cinta ilmu, dan syahid, yang meninggal dunia karena dibunuh oleh musuh-musuhnya. Ia meninggalkan warisan dan pengaruh yang besar bagi Islam dan umat manusia, yang terlihat hingga saat ini.

Semoga kita dapat mengambil pelajaran dan inspirasi dari kisah hidup Umar bin Abdul Aziz, serta meneladani sifat-sifat dan perbuatan-perbuatannya yang baik. Semoga kita juga dapat mendoakan dan menghormati beliau, serta mengikuti jejak dan sunnahnya yang mulia. Aamiin.

Baca Juga: Kisah Hidup Al-Walid bin Abdul Malik

Kesimpulan

Dalam artikel ini, kita telah membahas kisah hidup Umar bin Abdul Aziz, yang merupakan salah satu tokoh sejarah Islam yang sangat terkenal dan dihormati. Kita telah mengetahui siapa Umar bin Abdul Aziz, mengapa ia disebut sebagai khalifah yang adil, apa saja prestasi dan kontribusinya, dan bagaimana akhir hayatnya. Kita juga telah mengetahui warisan dan pengaruhnya yang besar bagi Islam dan umat manusia, yang terlihat hingga saat ini.

Kisah hidup Umar bin Abdul Aziz adalah kisah yang menginspirasi dan memberi pelajaran bagi kita semua. Ia adalah khalifah yang membawa perubahan dan kemajuan bagi Islam dan umat manusia, dengan cara yang sesuai dengan syariat Islam. Ia adalah khalifah yang memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, yang mencerminkan ajaran Islam yang ia anut. Ia adalah khalifah yang meninggal dunia dengan cara yang mulia dan syahid, yang mendapatkan penghormatan dan penghargaan dari Allah SWT dan umat Islam.

Semoga kita dapat mengambil manfaat dari kisah hidup Umar bin Abdul Aziz, serta meneladani sifat-sifat dan perbuatan-perbuatannya yang baik. Semoga kita juga dapat mendoakan dan menghormati beliau, serta mengikuti jejak dan sunnahnya yang mulia. Amin.

FAQ

Q: Siapa nama lengkap Umar bin Abdul Aziz?

A: Nama lengkap Umar bin Abdul Aziz adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abi al-As bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.

Q: Kapan dan di mana Umar bin Abdul Aziz lahir?

A: Umar bin Abdul Aziz lahir pada tahun 63 H (682 M) di Madinah, kota yang menjadi pusat peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam.

Q: Siapa orang tua Umar bin Abdul Aziz?

A: Ayah Umar bin Abdul Aziz adalah Abdul Aziz bin Marwan, yang merupakan gubernur Mesir dan saudara dari khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim bin Umar bin Khattab, yang merupakan cucu dari sahabat Nabi yang terkenal, Umar bin Khattab.

Q: Siapa istri Umar bin Abdul Aziz?

A: Umar bin Abdul Aziz memiliki dua istri, yaitu Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan, yang merupakan putri dari pamannya, dan Layla binti Asim bin Umar bin Khattab, yang merupakan sepupunya.

Q: Berapa anak Umar bin Abdul Aziz?

A: Umar bin Abdul Aziz memiliki sepuluh anak, yaitu lima laki-laki dan lima perempuan. Anak-anaknya adalah sebagai berikut:

  • Abdul Malik bin Umar bin Abdul Aziz
  • Asim bin Umar bin Abdul Aziz
  • Abdullah bin Umar bin Abdul Aziz
  • Abdul Rahman bin Umar bin Abdul Aziz
  • Umar bin Umar bin Abdul Aziz
  • Aisyah binti Umar bin Abdul Aziz
  • Hafsah binti Umar bin Abdul Aziz
  • Zainab binti Umar bin Abdul Aziz
  • Ummu Asim binti Umar bin Abdul Aziz
  • Ummu Kultsum binti Umar bin Abdul Aziz

Getting Info...

About the Author

The best of humanity is the one who is most beneficial to others. When someone has passed away, their deeds are severed except for three things: ongoing charity (Sadaqah Jariyah), beneficial knowledge, and a righteous child who prays for their paren…

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.