Raja Faisal bin Abdul Aziz adalah salah satu penguasa Arab Saudi yang paling dihormati dan diingat dalam sejarah. Dia adalah putra dari pendiri Kerajaan Arab Saudi, Raja Abdul Aziz, yang berhasil menyatukan berbagai suku dan wilayah di bawah bendera Arab Saudi pada 1932. Raja Faisal memerintah Arab Saudi pada 1964 setelah sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri dan Duta Besar Arab Saudi untuk PBB.
Salah satu hal yang membuat Raja Faisal terkenal adalah sikapnya yang tegas membela Palestina. Dia dengan tegas menolak dukungan terhadap Amerika Serikat (AS) terkait keputusan Negeri Paman Sam yang membela Israel dalam penjajahan di wilayah Palestina. Raja Faisal menganggap Israel sebagai musuh utama Arab dan Islam, dan berkomitmen untuk menghapusnya dari peta dunia.
Dukungan bagi Palestina dan perlawanan terhadap Israel ini juga yang mendorong Raja Faisal juga memberlakukan boikot suplai minyak pada negara-negara barat pada 1973. Dampak boikot itu begitu dahsyat sehingga menyebabkan krisis minyak dunia. Raja Faisal ingin menekan AS dan sekutunya agar menghentikan bantuan militer dan politik kepada Israel, dan mendukung hak-hak rakyat Palestina untuk mendapatkan tanah air mereka kembali.
Raja Faisal juga menjalankan kebijakan-kebijakan yang membuka ruang bagi modernisasi di Arab Saudi. Ia misalnya memaklumkan penghapusan perbudakan dan penyusunan Undang-Undang Perburuhan. Dia juga memperluas akses pendidikan bagi rakyatnya, terutama perempuan, dan membangun infrastruktur yang lebih baik. Raja Faisal juga menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara Muslim lainnya, seperti Pakistan, Turki, dan Mesir.
Sayangnya, Raja Faisal tidak berumur panjang. Pada 1975, ia dibunuh oleh keponakannya sendiri, Pangeran Faisal bin Musaid, yang diduga memiliki dendam pribadi terhadapnya. Pembunuhan itu mengejutkan dunia dan menyebabkan duka yang mendalam bagi rakyat Arab Saudi dan umat Islam. Raja Faisal meninggalkan warisan yang besar bagi negaranya dan dunia. Ia dianggap sebagai salah satu pemimpin paling visioner dan berani di abad ke-20. Ia juga mendapat penghargaan dan penghormatan dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar Arab Saudi.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang kehidupan dan perjuangan Raja Faisal, sang pembaharu dan pejuang Palestina. Kita akan melihat latar belakang, kebijakan-kebijakan, dan kematian serta warisan Raja Faisal. Kita juga akan mencoba memahami apa yang mendorong dan menginspirasi Raja Faisal untuk melakukan apa yang ia lakukan. Kita akan mengenal lebih dekat sosok yang menjadi panutan bagi banyak orang, baik di masa lalu maupun di masa kini.
Baca Juga: Hannah binti Faqudz, Istri dari Imran
Latar Belakang Raja Faisal
Raja Faisal lahir pada 14 April 1906 di Riyadh, ibu kota Arab Saudi. Ia adalah putra ke-3 dari Raja Abdul Aziz, yang dikenal sebagai pendiri Kerajaan Arab Saudi. Raja Abdul Aziz adalah pemimpin dari keluarga Al Saud, yang merupakan salah satu keluarga paling berpengaruh di Semenanjung Arab. Raja Abdul Aziz berhasil menyatukan berbagai suku dan wilayah yang sebelumnya saling bermusuhan di bawah bendera Arab Saudi pada 1932. Ia juga menjalin hubungan yang baik dengan Inggris, yang saat itu merupakan kekuatan kolonial di Timur Tengah.
Keluarga dan Pendidikan
Raja Faisal memiliki banyak saudara kandung dan tiri, karena Raja Abdul Aziz memiliki banyak istri. Salah satu saudara kandungnya adalah Raja Saud, yang merupakan putra sulung dan pengganti Raja Abdul Aziz. Raja Faisal juga memiliki banyak anak, baik laki-laki maupun perempuan. Salah satu anaknya yang paling terkenal adalah Pangeran Turki, yang pernah menjabat sebagai kepala intelijen dan duta besar Arab Saudi untuk AS dan Inggris.
Raja Faisal tidak pernah mengenyam pendidikan formal di sekolah atau universitas. Ia belajar membaca dan menulis dari ayahnya dan guru-guru agama. Ia juga belajar tentang sejarah, geografi, politik, dan militer dari pengalaman dan perjalanan yang ia lakukan bersama ayahnya. Raja Faisal dikenal sebagai orang yang cerdas, tekun, dan berwawasan luas. Ia juga fasih berbicara dalam bahasa Arab, Inggris, dan Prancis.
Karier Politik dan Diplomatik
Raja Faisal mulai terlibat dalam urusan politik dan diplomatik sejak usia muda. Ia ikut serta dalam perang-perang yang dilakukan oleh ayahnya untuk menyatukan Arab Saudi. Ia juga menjadi wakil ayahnya dalam berbagai pertemuan dan perundingan dengan pihak-pihak asing, seperti Inggris, Prancis, dan AS. Ia bahkan pernah bertemu dengan Presiden AS Franklin D. Roosevelt pada 1945, yang merupakan pertemuan pertama antara pemimpin Arab Saudi dan AS.
Raja Faisal juga menjabat sebagai Perdana Menteri Arab Saudi sejak 1953, yang merupakan jabatan tertinggi kedua setelah raja. Ia bertanggung jawab atas berbagai urusan dalam negeri dan luar negeri, seperti ekonomi, keuangan, pertahanan, dan hubungan internasional. Ia juga menjadi Duta Besar Arab Saudi untuk PBB sejak 1957, yang merupakan jabatan diplomatik tertinggi yang dipegang oleh seorang Arab Saudi. Ia aktif dalam menyuarakan kepentingan dan aspirasi Arab Saudi dan dunia Islam di forum internasional.
Kebijakan-kebijakan Raja Faisal
Raja Faisal menjadi raja Arab Saudi pada 1964, setelah ia berhasil menggulingkan saudaranya, Raja Saud, yang dianggap tidak cakap dan korup. Raja Faisal menghadapi berbagai tantangan dan masalah, baik di dalam maupun di luar negeri. Ia berusaha untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk memajukan dan memperkuat Arab Saudi. Beberapa kebijakan-kebijakannya adalah sebagai berikut:
Modernisasi Arab Saudi
Raja Faisal berkomitmen untuk memodernisasi Arab Saudi, yang saat itu masih merupakan negara yang tertinggal dan konservatif. Ia ingin membuat Arab Saudi menjadi negara yang maju dan berdaya saing di dunia. Ia juga ingin meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rakyatnya. Untuk itu, ia melakukan berbagai langkah, seperti:
Penghapusan Perbudakan
Raja Faisal memaklumkan penghapusan perbudakan di Arab Saudi pada 1962, yang merupakan salah satu langkah penting dalam memodernisasi negaranya. Perbudakan adalah praktik yang sudah berlangsung sejak lama di Arab Saudi, yang melibatkan penjualan dan pembelian manusia sebagai barang. Perbudakan di Arab Saudi biasanya berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan kasar, seperti pertanian, konstruksi, dan pelayanan. Perbudakan di Arab Saudi juga berhubungan dengan diskriminasi rasial, karena sebagian besar budak adalah orang-orang kulit hitam dari Afrika.
Raja Faisal menganggap perbudakan sebagai praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, yang menghargai martabat dan kesetaraan manusia. Ia juga menganggap perbudakan sebagai praktik yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman, yang menuntut adanya hak-hak asasi manusia dan kebebasan. Ia juga menganggap perbudakan sebagai praktik yang tidak sesuai dengan kepentingan Arab Saudi, yang ingin menjadi negara yang dihormati dan diakui oleh dunia.
Untuk itu, Raja Faisal mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa semua budak di Arab Saudi dibebaskan dan diberikan hak-hak sipil yang sama dengan warga negara lainnya. Ia juga memberikan kompensasi finansial kepada para mantan budak dan pemilik budak, agar mereka bisa beradaptasi dengan kehidupan baru mereka. Ia juga memberikan kesempatan bagi para mantan budak untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan kewarganegaraan Arab Saudi.
Penghapusan perbudakan oleh Raja Faisal mendapat pujian dan penghargaan dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar Arab Saudi. Penghapusan perbudakan oleh Raja Faisal juga memberikan dampak positif bagi rakyat Arab Saudi, terutama bagi para mantan budak, yang bisa menikmati kehidupan yang lebih baik dan bermartabat. Penghapusan perbudakan oleh Raja Faisal juga memberikan dampak positif bagi negara Arab Saudi, yang bisa menunjukkan komitmen dan kemajuan dalam hal hak-hak asasi manusia.
Pendidikan dan Pembangunan
Raja Faisal memperluas akses pendidikan bagi rakyatnya, terutama perempuan. Ia mendirikan sekolah-sekolah, universitas-universitas, dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya di seluruh Arab Saudi. Ia juga memberikan beasiswa dan kesempatan bagi para pelajar dan mahasiswa Arab Saudi untuk belajar di luar negeri, terutama di negara-negara Barat. Ia ingin meningkatkan keterampilan dan pengetahuan rakyatnya, agar mereka bisa berkontribusi bagi pembangunan negara.
Raja Faisal juga membangun infrastruktur yang lebih baik di Arab Saudi, seperti jalan raya, bandara, pelabuhan, rumah sakit, dan pabrik-pabrik. Ia juga memanfaatkan kekayaan minyak Arab Saudi untuk membiayai berbagai proyek pembangunan. Ia ingin membuat Arab Saudi menjadi negara yang mandiri dan tidak bergantung pada bantuan asing. Ia juga ingin meningkatkan perekonomian dan perdagangan Arab Saudi, baik di tingkat regional maupun global.
Hubungan dengan Negara-negara Muslim
Raja Faisal menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara Muslim lainnya, seperti Pakistan, Turki, dan Mesir. Ia menganggap negara-negara Muslim sebagai saudara dan sekutu Arab Saudi, yang memiliki kesamaan dalam hal agama, budaya, dan kepentingan. Ia juga mendukung berbagai gerakan dan organisasi yang berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan bagi umat Islam, seperti di Aljazair, Maroko, Tunisia, dan Somalia.
Raja Faisal juga menjadi salah satu pendiri dari Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang merupakan organisasi internasional yang beranggotakan negara-negara Muslim. OKI didirikan pada 1969, setelah terjadinya pembakaran Masjid Al-Aqsa di Yerusalem oleh sekelompok ekstremis Yahudi. OKI bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan solidaritas di antara negara-negara Muslim, serta untuk membela hak-hak dan kepentingan umat Islam di dunia.
Perjuangan untuk Palestina
Raja Faisal memiliki perhatian yang besar terhadap nasib rakyat Palestina, yang menjadi korban dari penjajahan dan penindasan Israel. Ia menganggap Palestina sebagai tanah suci bagi umat Islam, yang harus dibebaskan dari cengkeraman Israel. Ia juga menganggap Israel sebagai musuh utama Arab dan Islam, yang harus dihapus dari peta dunia. Untuk itu, ia melakukan berbagai langkah, seperti:
Boikot Minyak terhadap Negara-negara Barat
Raja Faisal memberlakukan boikot suplai minyak pada negara-negara barat pada 1973, sebagai respons terhadap dukungan mereka terhadap Israel dalam Perang Yom Kippur. Perang Yom Kippur adalah perang yang terjadi antara Israel melawan koalisi negara-negara Arab, seperti Mesir, Suriah, dan Yordania, yang ingin merebut kembali wilayah-wilayah yang diduduki oleh Israel sejak 1967. AS dan negara-negara Eropa memberikan bantuan militer dan politik kepada Israel, yang membuat Raja Faisal marah.
Boikot minyak yang dilakukan oleh Raja Faisal bersama dengan negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyebabkan krisis minyak dunia. Harga minyak melonjak hingga empat kali lipat, dan pasokan minyak menjadi terbatas. Hal ini berdampak negatif bagi perekonomian dan stabilitas negara-negara barat, yang sangat bergantung pada minyak dari Timur Tengah. Raja Faisal ingin menekan negara-negara barat agar menghentikan bantuan mereka kepada Israel, dan mendukung hak-hak rakyat Palestina untuk mendapatkan tanah air mereka kembali.
Dukungan terhadap PLO dan Yasser Arafat
Raja Faisal memberikan dukungan penuh kepada Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan pemimpinnya, Yasser Arafat. PLO adalah organisasi politik dan militer yang mewakili rakyat Palestina, yang berjuang untuk kemerdekaan dan pembentukan negara Palestina. Raja Faisal mengakui PLO sebagai satu-satunya wakil sah rakyat Palestina, dan memberikan bantuan finansial, militer, dan politik kepada mereka.
Raja Faisal juga menjadikan Yasser Arafat sebagai tamu kehormatan di Arab Saudi, dan memberikan perlindungan kepadanya. Ia menganggap Yasser Arafat sebagai saudara dan teman, yang memiliki visi dan misi yang sama dengan dirinya. Ia juga mendukung usaha-usaha Yasser Arafat untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan internasional bagi perjuangan rakyat Palestina.
Kritik terhadap Israel dan AS
Raja Faisal tidak segan-segan untuk mengkritik Israel dan AS, yang ia anggap sebagai musuh dan penjajah rakyat Palestina. Ia mengecam kebijakan-kebijakan Israel yang melanggar hak-hak asasi manusia dan hukum internasional, seperti pembangunan permukiman ilegal, penghancuran rumah-rumah, penangkapan dan pembunuhan warga sipil, dan penghalangan akses ke tempat-tempat suci. Ia juga menolak untuk mengakui eksistensi Israel, dan menuntut agar Israel mundur dari semua wilayah yang diduduki sejak 1967.
Raja Faisal juga mengecam AS, yang ia anggap sebagai sekutu dan pelindung Israel. Ia menuduh AS sebagai negara yang munafik dan tidak adil, yang mengabaikan penderitaan rakyat Palestina dan mendukung kejahatan Israel. Ia juga menolak untuk menjalin hubungan diplomatik dengan AS, dan mengancam untuk memutuskan hubungan ekonomi dan militer dengan AS, jika AS tidak mengubah sikapnya terhadap Israel dan Palestina.
Kematian dan Warisan Raja Faisal
Raja Faisal tidak berumur panjang. Pada 25 Maret 1975, ia dibunuh oleh keponakannya sendiri, Pangeran Faisal bin Musaid, yang diduga memiliki dendam pribadi terhadapnya. Pembunuhan itu terjadi di istana raja di Riyadh, ketika Raja Faisal sedang menerima tamu-tamu. Pangeran Faisal bin Musaid menembak Raja Faisal di wajah dan perut, sebelum ditangkap dan dieksekusi mati.
Pembunuhan Raja Faisal mengejutkan dunia dan menyebabkan duka yang mendalam bagi rakyat Arab Saudi dan umat Islam. Raja Faisal digantikan oleh saudaranya, Raja Khalid, yang melanjutkan kebijakan-kebijakan Raja Faisal. Raja Faisal meninggalkan warisan yang besar bagi negaranya dan dunia. Ia dianggap sebagai salah satu pemimpin paling visioner dan berani di abad ke-20. Ia juga mendapat penghargaan dan pengaruh dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar Arab Saudi.
Baca Juga: Perjalanan Hidup Salim Maula Abu Hudzaifah
Pembunuhan oleh Keponakan
Pembunuhan Raja Faisal oleh keponakannya sendiri masih menjadi misteri dan kontroversi hingga kini. Ada berbagai spekulasi dan teori tentang motif dan dalang di balik pembunuhan itu. Beberapa orang mengatakan bahwa Pangeran Faisal bin Musaid membunuh Raja Faisal karena dendam pribadi, karena Raja Faisal pernah mengusir saudara laki-lakinya, Pangeran Khalid bin Musaid, dari Arab Saudi, karena terlibat dalam protes melawan televisi. Pangeran Khalid bin Musaid kemudian tewas dalam bentrokan dengan polisi di Maroko.
Beberapa orang lain mengatakan bahwa Pangeran Faisal bin Musaid membunuh Raja Faisal karena dipengaruhi oleh ideologi komunis, karena ia pernah belajar di Universitas Colorado di AS, yang dikenal sebagai sarang kaum kiri. Beberapa orang juga mengatakan bahwa Pengeran Faisal bin Musaid membunuh Raja Faisal karena bekerja sama dengan agen-agen asing, seperti CIA atau Mossad, yang ingin menghentikan kebijakan-kebijakan Raja Faisal yang merugikan kepentingan mereka. Beberapa orang juga mengatakan bahwa pembunuhan itu merupakan bagian dari konspirasi dan persaingan di dalam keluarga Al Saud, yang tidak puas dengan kepemimpinan Raja Faisal.
Namun, tidak ada bukti yang kuat dan meyakinkan yang dapat membuktikan atau membantah spekulasi dan teori-teori tersebut. Yang pasti, pembunuhan Raja Faisal adalah peristiwa yang tragis dan menyedihkan, yang mengakhiri kehidupan seorang pemimpin yang berjasa bagi Arab Saudi dan dunia Islam.
Penghargaan dan Pengaruh
Raja Faisal mendapat penghargaan dan pengaruh yang besar dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar Arab Saudi. Beberapa penghargaan dan pengaruh yang ia dapatkan adalah sebagai berikut:
- Raja Faisal mendapat gelar “Pahlawan Islam” dari OKI, yang merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh organisasi tersebut kepada orang-orang yang berjasa bagi umat Islam.
- Raja Faisal mendapat gelar “Pemimpin Tahun Ini” dari majalah Time pada 1974, yang merupakan penghargaan yang diberikan oleh majalah tersebut kepada orang-orang yang paling berpengaruh di dunia.
- Raja Faisal mendapat gelar “Pemimpin Abad Ini” dari majalah Newsweek pada 1979, yang merupakan penghargaan yang diberikan oleh majalah tersebut kepada orang-orang yang paling berpengaruh di abad ke-20.
- Raja Faisal mendapat gelar “Salah Satu dari Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia” dari majalah Time pada 1999, yang merupakan penghargaan yang diberikan oleh majalah tersebut kepada orang-orang yang paling berpengaruh di dunia sepanjang sejarah.
- Raja Faisal mendapat gelar “Salah Satu dari Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia Islam” dari majalah Islamica pada 2004, yang merupakan penghargaan yang diberikan oleh majalah tersebut kepada orang-orang yang paling berpengaruh di dunia Islam sepanjang sejarah.
- Raja Faisal mendapat gelar “Salah Satu dari Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Timur Tengah” dari majalah Arabian Business pada 2009, yang merupakan penghargaan yang diberikan oleh majalah tersebut kepada orang-orang yang paling berpengaruh di Timur Tengah sepanjang sejarah.
- Raja Faisal mendapat gelar “Salah Satu dari Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Arab Saudi” dari majalah Forbes pada 2010, yang merupakan penghargaan yang diberikan oleh majalah tersebut kepada orang-orang yang paling berpengaruh di Arab Saudi sepanjang sejarah.
- Raja Faisal mendapat gelar “Salah Satu dari Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia Arab” dari majalah Arabian Business pada 2011, yang merupakan penghargaan yang diberikan oleh majalah tersebut kepada orang-orang yang paling berpengaruh di dunia Arab sepanjang sejarah.
- Raja Faisal mendapat gelar “Salah Satu dari Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia” dari majalah Time pada 2012, yang merupakan penghargaan yang diberikan oleh majalah tersebut kepada orang-orang yang paling berpengaruh di dunia sepanjang sejarah.
- Raja Faisal mendapat gelar “Salah Satu dari Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia Islam” dari majalah The Muslim 500 pada 2013, yang merupakan penghargaan yang diberikan oleh majalah tersebut kepada orang-orang yang paling berpengaruh di dunia Islam sepanjang sejarah.
Selain mendapat penghargaan, Raja Faisal juga memberikan pengaruh yang besar bagi negaranya dan dunia. Beberapa pengaruh yang ia berikan adalah sebagai berikut:
- Raja Faisal membuat Arab Saudi menjadi negara yang lebih maju, modern, dan berdaya saing di dunia. Ia meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rakyatnya, serta membangun infrastruktur dan institusi yang lebih baik. Ia juga membuat Arab Saudi menjadi negara yang mandiri dan tidak bergantung pada bantuan asing.
- Raja Faisal membuat Arab Saudi menjadi negara yang lebih berpengaruh dan dihormati di dunia. Ia menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara Muslim dan non-Muslim, serta berperan aktif dalam berbagai organisasi dan forum internasional. Ia juga membuat Arab Saudi menjadi negara yang memiliki kendali atas pasokan dan harga minyak dunia, yang merupakan sumber energi yang vital bagi dunia.
- Raja Faisal membuat Arab Saudi menjadi negara yang lebih berani dan berprinsip dalam membela kepentingan dan aspirasi umat Islam, terutama rakyat Palestina. Ia menantang Israel dan AS, yang merupakan kekuatan-kekuatan yang mendominasi dunia, dengan berbagai cara, seperti boikot minyak, dukungan terhadap PLO, dan kritik terbuka. Ia juga membuat Arab Saudi menjadi negara yang menjadi panutan dan inspirasi bagi negara-negara Arab dan Islam lainnya, yang ingin memperjuangkan hak-hak dan keadilan bagi umat Islam.
Kesimpulan
Raja Faisal adalah salah satu penguasa Arab Saudi yang paling dihormati dan diingat dalam sejarah. Ia adalah putra dari pendiri Kerajaan Arab Saudi, Raja Abdul Aziz, yang berhasil menyatukan berbagai suku dan wilayah di bawah bendera Arab Saudi pada 1932. Raja Faisal memerintah Arab Saudi pada 1964 setelah sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri dan Duta Besar Arab Saudi untuk PBB.
Raja Faisal dikenal sebagai pemimpin yang visioner, berani, dan berjasa bagi negaranya dan dunia. Ia menjalankan kebijakan-kebijakan yang membuka ruang bagi modernisasi di Arab Saudi, seperti penghapusan perbudakan, perluasan pendidikan, dan pembangunan infrastruktur. Ia juga menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara Muslim lainnya, seperti Pakistan, Turki, dan Mesir, serta mendukung berbagai gerakan dan organisasi yang berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan bagi umat Islam.
Salah satu hal yang membuat Raja Faisal terkenal adalah sikapnya yang tegas membela Palestina. Ia dengan tegas menolak dukungan terhadap AS terkait keputusan Negeri Paman Sam yang membela Israel dalam penjajahan di wilayah Palestina. Raja Faisal menganggap Israel sebagai musuh utama Arab dan Islam, dan berkomitmen untuk menghapusnya dari peta dunia. Raja Faisal juga memberlakukan boikot suplai minyak pada negara-negara barat pada 1973, yang menyebabkan krisis minyak dunia. Raja Faisal ingin menekan AS dan sekutunya agar menghentikan bantuan militer dan politik kepada Israel, dan mendukung hak-hak rakyat Palestina untuk mendapatkan tanah air mereka kembali.
Sayangnya, Raja Faisal tidak berumur panjang. Pada 1975, ia dibunuh oleh keponakannya sendiri, Pangeran Faisal bin Musaid, yang diduga memiliki dendam pribadi terhadapnya. Pembunuhan itu mengejutkan dunia dan menyebabkan duka yang mendalam bagi rakyat Arab Saudi dan umat Islam. Raja Faisal meninggalkan warisan yang besar bagi negaranya dan dunia. Ia dianggap sebagai salah satu pemimpin paling visioner dan berani di abad ke-20. Ia juga mendapat penghargaan dan pengaruh dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar Arab Saudi.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Ibnu Ajurrum, Penulis Kitab Jurrumiyyah
Pertanyaan dan Jawaban
Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban yang berkaitan dengan artikel tentang Raja Faisal, sang pembaharu dan pejuang Palestina:
Q: Apa nama ayah dan pendiri Kerajaan Arab Saudi?
A: Nama ayah dan pendiri Kerajaan Arab Saudi adalah Raja Abdul Aziz bin Saud.
Q: Apa nama organisasi internasional yang didirikan oleh Raja Faisal bersama dengan negara-negara Muslim lainnya pada 1969?
A: Nama organisasi internasional yang didirikan oleh Raja Faisal bersama dengan negara-negara Muslim lainnya pada 1969 adalah Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Q: Apa nama perang yang terjadi antara Israel melawan koalisi negara-negara Arab pada 1973, yang menjadi alasan Raja Faisal memberlakukan boikot minyak terhadap negara-negara barat?
A: Nama perang yang terjadi antara Israel melawan koalisi negara-negara Arab pada 1973 adalah Perang Yom Kippur atau Perang Oktober.
Q: Apa nama pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang mendapat dukungan penuh dari Raja Faisal?
A: Nama pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang mendapat dukungan penuh dari Raja Faisal adalah Yasser Arafat.
Q: Apa nama keponakan Raja Faisal yang membunuhnya pada 1975, dan apa hukuman yang diberikan kepadanya?
A: Nama keponakan Raja Faisal yang membunuhnya pada 1975 adalah Pangeran Faisal bin Musaid, dan hukuman yang diberikan kepadanya adalah eksekusi mati.