Etnis Rohingya adalah salah satu kelompok etnis minoritas yang paling teraniaya di dunia. Mereka adalah orang-orang Muslim yang tinggal di negara mayoritas Buddha, Myanmar. Mereka menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan pengusiran dari tanah air mereka. Banyak dari mereka yang melarikan diri ke negara-negara tetangga, seperti Bangladesh, Indonesia, dan Malaysia, untuk mencari perlindungan dan kehidupan yang lebih baik.
Namun, nasib mereka tidak selalu mudah di negara-negara tersebut. Mereka sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses ke hak-hak dasar, seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan kewarganegaraan. Mereka juga rentan terhadap eksploitasi, perdagangan manusia, dan kekerasan. Selain itu, mereka juga menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan budaya dan masyarakat yang berbeda.
Dalam artikel ini, kita akan membahas sejarah etnis Rohingya dan hubungannya dengan Islam di Asia Tenggara. Kita akan menelusuri asal-usul mereka, agama dan budaya mereka, serta bagaimana mereka berinteraksi dengan negara-negara Asia Tenggara, khususnya Myanmar, Bangladesh, Indonesia, dan Malaysia. Kita juga akan melihat apa yang telah dilakukan oleh negara-negara tersebut untuk membantu dan melindungi etnis Rohingya, serta apa yang masih perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah mereka.
Baca Juga: Mengulas Peristiwa Kelam Pengusiran Warga Palestina
Siapa Etnis Rohingya?
Asal-usul Etnis Rohingya
Etnis Rohingya adalah orang-orang yang berasal dari wilayah Rakhine (dulu dikenal sebagai Arakan) di Myanmar. Wilayah ini berbatasan dengan Bangladesh dan Teluk Benggala. Etnis Rohingya mengklaim bahwa mereka adalah keturunan dari pedagang Muslim, pelaut, dan tentara yang datang ke wilayah ini sejak abad ke-7 Masehi. Mereka juga mengklaim bahwa mereka adalah bagian dari kerajaan Arakan yang berdiri dari abad ke-9 hingga ke-18 Masehi, yang memiliki hubungan dekat dengan kerajaan-kerajaan Islam di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Namun, klaim ini ditolak oleh pemerintah Myanmar dan sebagian besar etnis Rakhine, yang merupakan kelompok etnis mayoritas di wilayah tersebut. Mereka menganggap etnis Rohingya sebagai pendatang asing yang datang ke wilayah ini selama masa penjajahan Inggris (1824-1948). Mereka juga menuduh etnis Rohingya sebagai pengkhianat yang berkolaborasi dengan Inggris melawan Myanmar selama Perang Dunia II. Oleh karena itu, mereka tidak mengakui etnis Rohingya sebagai salah satu dari 135 kelompok etnis resmi di Myanmar.
Agama dan Budaya
Etnis Rohingya adalah orang-orang Muslim yang menganut aliran Sunni. Mereka memiliki tradisi dan praktik agama yang berbeda dengan etnis Rakhine, yang merupakan orang-orang Buddha. Mereka juga memiliki bahasa dan budaya yang berbeda. Bahasa Rohingya adalah bahasa Indo-Arya yang dipengaruhi oleh bahasa Arab, Persia, Urdu, dan Bengali. Budaya Rohingya juga dipengaruhi oleh budaya Islam, India, dan Bengali. Mereka memiliki adat istiadat, pakaian, makanan, musik, dan seni yang khas.
Etnis Rohingya memiliki identitas yang kuat sebagai orang-orang Muslim. Mereka merasa bangga dengan sejarah dan warisan mereka. Mereka juga memiliki semangat yang tinggi untuk mempertahankan hak-hak dan martabat mereka. Mereka berharap dapat hidup damai dan harmonis dengan kelompok etnis lain di Myanmar dan Asia Tenggara.
Bagaimana Hubungannya dengan Negara-negara Asia Tenggara?
Myanmar: Negara yang Menolak
Myanmar adalah negara yang menjadi rumah bagi etnis Rohingya selama berabad-abad. Namun, Myanmar juga adalah negara yang paling menentang keberadaan dan hak-hak etnis Rohingya. Sejak kemerdekaan Myanmar dari Inggris pada tahun 1948, etnis Rohingya telah mengalami diskriminasi, penindasan, dan pengucilan dari negara dan masyarakat Myanmar.
Diskriminasi dan Kekerasan terhadap Etnis Rohingya di Myanmar
Etnis Rohingya tidak memiliki status kewarganegaraan di Myanmar. Mereka dianggap sebagai orang-orang tanpa kewarganegaraan atau “bangsa asing”. Mereka tidak memiliki hak politik, sosial, ekonomi, dan kemanusiaan yang sama dengan warga negara Myanmar lainnya. Mereka tidak dapat memilih, mendapatkan pendidikan, pekerjaan, perawatan kesehatan, perjalanan, atau layanan publik yang layak. Mereka juga tidak dapat memiliki tanah, properti, atau bisnis. Mereka hidup dalam kemiskinan, ketidakadilan, dan ketakutan.
Etnis Rohingya juga sering menjadi sasaran kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia oleh militer dan kelompok-kelompok ekstremis Buddha di Myanmar. Mereka mengalami pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, penangkapan sewenang-wenang, penghancuran rumah dan masjid, dan pembakaran desa. Mereka juga menghadapi pembatasan dalam bergerak, beribadah, menikah, dan memiliki anak. Mereka diperlakukan sebagai orang-orang kelas dua atau bahkan bukan manusia.
Salah satu contoh paling tragis dari kekerasan terhadap etnis Rohingya adalah kampanye pembersihan etnis yang dilakukan oleh militer Myanmar pada tahun 2017. Kampanye ini dipicu oleh serangan bersenjata oleh kelompok pemberontak Rohingya, yang dikenal sebagai Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA), terhadap pos-pos keamanan di Rakhine pada bulan Agustus 2017. Sebagai balasan, militer Myanmar melancarkan operasi militer yang brutal dan sistematis terhadap etnis Rohingya, yang menyebabkan lebih dari 700.000 orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. PBB dan organisasi hak asasi manusia internasional mengecam kampanye ini sebagai genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan pembersihan etnis.
Krisis Pengungsi Etnis Rohingya dari Myanmar
Akibat dari diskriminasi dan kekerasan yang dialami oleh etnis Rohingya di Myanmar, banyak dari mereka yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka dan mencari suaka di negara-negara tetangga, terutama Bangladesh. Bangladesh adalah negara yang memiliki jumlah pengungsi Rohingya terbanyak di dunia. Menurut data PBB, ada sekitar 900.000 pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di distrik Cox’s Bazar, yang berbatasan dengan Myanmar. Sebagian besar dari mereka datang setelah kampanye pembersihan etnis pada tahun 2017, tetapi ada juga yang datang sebelumnya karena kekerasan yang berlangsung sejak tahun 1970-an.
Bangladesh: Negara yang Menampung
Bangladesh adalah negara yang menunjukkan solidaritas dan kemanusiaan kepada etnis Rohingya. Bangladesh membuka pintu dan hatinya untuk menerima dan menampung pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar. Bangladesh juga berusaha untuk memberikan bantuan dan layanan yang dibutuhkan oleh pengungsi Rohingya, seperti makanan, air, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, dan keamanan.
Namun, Bangladesh juga menghadapi tantangan dan dampak yang besar akibat dari krisis pengungsi Rohingya. Bangladesh adalah negara yang padat penduduk, miskin, dan rentan terhadap bencana alam. Bangladesh harus mengalokasikan sumber daya dan anggaran yang terbatas untuk mengurus pengungsi Rohingya, yang menimbulkan beban ekonomi, sosial, dan lingkungan bagi negara dan masyarakat Bangladesh.
Tantangan dan Dampak dari Pengungsi Rohingya di Bangladesh
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh Bangladesh adalah mengelola kamp-kamp pengungsian yang sangat padat dan tidak layak. Kamp-kamp pengungsian di Cox’s Bazar adalah salah satu kamp pengungsian terbesar dan terpadat di dunia. Mereka menampung ratusan ribu orang dalam area yang sangat terbatas, tanpa infrastruktur dan fasilitas yang memadai. Hal ini menyebabkan kondisi hidup yang buruk dan tidak sehat bagi pengungsi Rohingya, yang rentan terhadap penyakit, kebakaran, banjir, tanah longsor, dan kekerasan.
Selain itu, Bangladesh juga harus mengatasi dampak negatif dari krisis pengungsi Rohingya terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial. Krisis pengungsi Rohingya telah menyebabkan kerusakan dan degradasi lingkungan di Cox’s Bazar, seperti penggundulan hutan, pencemaran air, dan penurunan keanekaragaman hayati. Krisis pengungsi Rohingya juga telah mempengaruhi ekonomi dan sosial Bangladesh, seperti meningkatnya harga barang, persaingan pekerjaan, konflik komunal, dan radikalisasi.
Upaya Bantuan dan Solusi untuk Pengungsi Rohingya di Bangladesh
Untuk mengatasi tantangan dan dampak dari krisis pengungsi Rohingya, Bangladesh telah melakukan berbagai upaya bantuan dan solusi. Bangladesh telah bekerja sama dengan PBB, organisasi internasional, negara-negara donor, dan organisasi masyarakat sipil untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang diperlukan oleh pengungsi Rohingya. Bangladesh juga telah berusaha untuk meningkatkan kondisi dan kapasitas kamp-kamp pengungsian, seperti membangun jalan, jembatan, drainase, sanitasi, klinik, sekolah, dan pusat perlindungan.
Selain itu, Bangladesh juga telah berupaya untuk mencari solusi jangka panjang untuk krisis pengungsi Rohingya. Bangladesh telah berdialog dengan Myanmar untuk menegosiasikan kesepakatan repatriasi yang aman, sukarela, dan bermartabat bagi pengungsi Rohingya. Bangladesh juga telah berkoordinasi dengan negara-negara lain, terutama Indonesia dan Malaysia, untuk mencari alternatif dan dukungan bagi pengungsi Rohingya. Bangladesh juga telah mendesak komunitas internasional untuk meningkatkan tekanan dan sanksi terhadap Myanmar agar menghentikan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Rohingya, serta mengakui hak-hak dan kewarganegaraan mereka.
Indonesia dan Malaysia: Negara-negara yang Memberikan Bantuan dan Perlindungan kepada Etnis Rohingya
Indonesia dan Malaysia adalah negara-negara yang memiliki hubungan dekat dengan etnis Rohingya, baik secara geografis, historis, maupun agama. Indonesia dan Malaysia adalah negara-negara mayoritas Muslim yang terletak di Asia Tenggara, yang merupakan kawasan yang memiliki sejarah dan warisan Islam yang kaya. Indonesia dan Malaysia juga adalah negara-negara yang telah menerima dan menolong etnis Rohingya yang mencari perlindungan dan kehidupan yang lebih baik di negara-negara tersebut.
Respons dan Kebijakan Indonesia dan Malaysia terhadap Etnis Rohingya
Indonesia dan Malaysia adalah negara-negara yang menunjukkan sikap yang berbeda terhadap etnis Rohingya. Indonesia adalah negara yang lebih bersikap terbuka dan ramah terhadap etnis Rohingya, sedangkan Malaysia adalah negara yang lebih bersikap tertutup dan ketat terhadap etnis Rohingya.
Indonesia adalah negara yang telah memberikan bantuan dan perlindungan kepada etnis Rohingya yang datang ke negara tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Indonesia telah memberikan bantuan kemanusiaan, seperti makanan, air, obat-obatan, dan pakaian, kepada etnis Rohingya yang terdampar di perairan Indonesia. Indonesia juga telah memberikan perlindungan, seperti tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, dan keamanan, kepada etnis Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di Aceh dan Medan. Indonesia juga telah memberikan kesempatan, seperti pelatihan keterampilan, pekerjaan, dan kewirausahaan, kepada etnis Rohingya yang ingin berintegrasi dengan masyarakat Indonesia.
Malaysia adalah negara yang telah memberikan bantuan dan perlindungan kepada etnis Rohingya yang datang ke negara tersebut, tetapi dengan syarat dan batasan yang ketat. Malaysia telah memberikan bantuan kemanusiaan, seperti makanan, air, obat-obatan, dan pakaian, kepada etnis Rohingya yang terdampar di perairan Malaysia. Malaysia juga telah memberikan perlindungan, seperti tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, dan keamanan, kepada etnis Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di Selangor dan Kedah. Namun, Malaysia juga telah memberlakukan kebijakan yang ketat, seperti penolakan, penangkapan, deportasi, dan penahanan, terhadap etnis Rohingya yang mencoba masuk ke negara tersebut secara ilegal. Malaysia juga tidak memberikan status kewarganegaraan, hak politik, atau hak kerja kepada etnis Rohingya yang tinggal di negara tersebut.
Peran dan Kontribusi Indonesia dan Malaysia dalam Menyelesaikan Masalah Etnis Rohingya
Indonesia dan Malaysia adalah negara-negara yang memiliki peran dan kontribusi yang penting dalam menyelesaikan masalah etnis Rohingya. Indonesia dan Malaysia adalah negara-negara yang aktif dan vokal dalam menyuarakan dan mendukung hak-hak dan kepentingan etnis Rohingya, baik di tingkat regional maupun internasional. Indonesia dan Malaysia adalah negara-negara yang berperan sebagai mediator, fasilitator, dan katalis dalam mendorong dialog dan kerjasama antara Myanmar, Bangladesh, dan negara-negara lain yang terlibat dalam krisis pengungsi Rohingya. Indonesia dan Malaysia adalah negara-negara yang berkontribusi dalam memberikan bantuan dan solusi bagi pengungsi Rohingya, baik melalui pemerintah, organisasi non-pemerintah, atau masyarakat sipil.
Kenapa Etnis Rohingya Banyak Tidak Disukai?
Etnis Rohingya adalah kelompok etnis yang banyak tidak disukai, tidak hanya di Myanmar, tetapi juga di negara-negara lain yang menjadi tujuan pengungsian mereka. Ada beberapa alasan yang mendasari sikap tidak suka terhadap etnis Rohingya, antara lain:
- Etnis Rohingya dianggap sebagai orang asing atau pendatang yang tidak memiliki hak atas tanah dan kewarganegaraan di Myanmar. Mereka dianggap sebagai ancaman bagi identitas, keamanan, dan kepentingan nasional Myanmar, yang didominasi oleh etnis Bamar dan agama Buddha.
- Etnis Rohingya memiliki agama, bahasa, dan budaya yang berbeda dengan etnis-etnis lain di Myanmar, terutama etnis Rakhine, yang merupakan mayoritas di wilayah Rakhine. Hal ini menimbulkan perbedaan, ketegangan, dan konflik antara kelompok-kelompok tersebut.
- Etnis Rohingya dituduh sebagai pengkhianat dan teroris yang berkolaborasi dengan pihak asing, seperti Inggris, Pakistan, dan kelompok militan Islam, untuk mengganggu kedaulatan dan stabilitas Myanmar. Hal ini didasarkan pada sejarah dan peristiwa yang terjadi di masa lalu, seperti Perang Dunia II, pemberontakan Rohingya, dan serangan ARSA.
- Etnis Rohingya mengalami diskriminasi dan kekerasan yang sistematis dan brutal oleh militer dan kelompok-kelompok ekstremis Buddha di Myanmar, yang menyebabkan mereka mengalami krisis kemanusiaan dan melarikan diri ke negara-negara tetangga. Hal ini menarik perhatian dan simpati dari komunitas internasional, yang mengecam dan mendesak Myanmar untuk menghormati dan melindungi hak-hak etnis Rohingya.
- Etnis Rohingya menimbulkan beban dan dampak yang negatif bagi negara-negara yang menampung mereka, seperti Bangladesh, Indonesia, dan Malaysia. Mereka membutuhkan bantuan dan layanan kemanusiaan yang besar, yang menguras sumber daya dan anggaran negara-negara tersebut. Mereka juga menimbulkan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan, seperti konflik, persaingan, eksploitasi, pencemaran, dan kerusakan.
- Etnis Rohingya memiliki identitas dan aspirasi yang kuat sebagai orang-orang Muslim, yang membuat mereka sulit beradaptasi dan berintegrasi dengan masyarakat dan negara-negara yang menampung mereka. Mereka juga memiliki tuntutan dan harapan yang tinggi terhadap negara-negara tersebut, seperti hak politik, kewarganegaraan, atau tanah, yang sering bertentangan dengan kebijakan dan kepentingan negara-negara tersebut.
Solusi untuk mengatasi sikap tidak suka terhadap etnis Rohingya
Solusi untuk mengatasi sikap adalah sebuah isu yang sulit dan sensitif, yang membutuhkan pemahaman, toleransi, dan dialog dari berbagai pihak. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diusulkan:
- Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang sejarah, budaya, dan hak-hak etnis Rohingya, baik di Myanmar maupun di negara-negara lain yang menampung mereka, melalui pendidikan, media, dan kampanye sosial .
- Mendorong interaksi dan komunikasi yang positif dan konstruktif antara etnis Rohingya dan kelompok etnis lain, baik di Myanmar maupun di negara-negara lain yang menampung mereka, melalui kegiatan sosial, budaya, dan agama yang bersifat inklusif, kooperatif, dan harmonis .
- Menghapus stigma dan stereotip negatif terhadap etnis Rohingya, baik di Myanmar maupun di negara-negara lain yang menampung mereka, melalui pemberantasan diskriminasi, kekerasan, dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap mereka, serta pemberian perlindungan, bantuan, dan kesempatan yang adil dan setara bagi mereka .
- Membangun rasa saling percaya dan hormat antara etnis Rohingya dan kelompok etnis lain, baik di Myanmar maupun di negara-negara lain yang menampung mereka, melalui penegakan hukum, keadilan, dan rekonsiliasi yang transparan, akuntabel, dan partisipatif, serta pengakuan dan penghormatan terhadap identitas, martabat, dan hak-hak mereka sebagai manusia .
Baca Juga: TANPA KONFLIK & PENGUASAAN! Islam Ternyata Sudah Sampai Ke Nusantara Saat Nabi Muhammad Masih Hidup
Kesimpulan
Etnis Rohingya adalah orang-orang yang memiliki sejarah dan hubungan yang panjang dan kompleks dengan Islam di Asia Tenggara. Mereka adalah orang-orang yang mengalami diskriminasi, kekerasan, dan pengusiran dari tanah air mereka di Myanmar. Mereka adalah orang-orang yang mencari perlindungan dan kehidupan yang lebih baik di negara-negara tetangga, terutama Bangladesh, Indonesia, dan Malaysia. Mereka adalah orang-orang yang membutuhkan bantuan dan solusi dari komunitas internasional untuk mengakhiri penderitaan dan ketidakadilan yang mereka hadapi.
Ringkasan dan Poin Utama dari Artikel
- Etnis Rohingya adalah orang-orang Muslim yang berasal dari wilayah Rakhine di Myanmar, yang mengklaim bahwa mereka adalah keturunan dari pedagang, pelaut, dan tentara Muslim yang datang ke wilayah ini sejak abad ke-7 Masehi.
- Etnis Rohingya tidak memiliki status kewarganegaraan di Myanmar, dan menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan pengusiran dari tanah air mereka oleh militer dan kelompok-kelompok ekstremis Buddha di Myanmar.
- Etnis Rohingya mencari perlindungan dan kehidupan yang lebih baik di negara-negara tetangga, terutama Bangladesh, Indonesia, dan Malaysia, yang memberikan bantuan dan perlindungan kepada mereka, tetapi juga menghadapi tantangan dan dampak dari krisis pengungsi Rohingya.
- Etnis Rohingya membutuhkan bantuan dan solusi dari komunitas internasional untuk mengakhiri penderitaan dan ketidakadilan yang mereka hadapi, dan untuk mendapatkan hak-hak dan kewarganegaraan mereka di Myanmar.
Saran dan Rekomendasi untuk Meningkatkan Kondisi Etnis Rohingya
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, berikut adalah beberapa saran dan rekomendasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kondisi etnis Rohingya:
- Myanmar harus menghormati dan melindungi hak-hak dan kewarganegaraan etnis Rohingya sebagai salah satu kelompok etnis resmi di negara tersebut, dan menghentikan segala bentuk diskriminasi, kekerasan, dan pembersihan etnis terhadap mereka.
- Bangladesh harus terus memberikan bantuan dan layanan kemanusiaan yang diperlukan oleh pengungsi Rohingya, dan meningkatkan kondisi dan kapasitas kamp-kamp pengungsian yang ada, serta mencari lokasi alternatif yang lebih layak dan aman bagi pengungsi Rohingya.
- Indonesia dan Malaysia harus terus memberikan bantuan dan perlindungan kepada etnis Rohingya yang datang ke negara-negara tersebut, dan memberikan kesempatan dan dukungan bagi etnis Rohingya yang ingin berintegrasi dengan masyarakat dan ekonomi negara-negara tersebut.
- Komunitas internasional harus terus memberikan bantuan dan solusi bagi pengungsi Rohingya, baik melalui pemerintah, organisasi internasional, atau organisasi masyarakat sipil, dan meningkatkan tekanan dan sanksi terhadap Myanmar agar menghormati dan melindungi hak-hak dan kewarganegaraan etnis Rohingya.
- Etnis Rohingya sendiri harus terus berjuang dan bersatu untuk mempertahankan identitas, martabat, dan hak-hak mereka, dan berpartisipasi dalam proses dialog dan rekonsiliasi dengan Myanmar dan negara-negara lain yang terlibat dalam krisis pengungsi Rohingya.
FAQ
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan tentang topik artikel ini, beserta jawabannya:
Q: Apa yang menyebabkan krisis pengungsi Rohingya?
A: Krisis pengungsi Rohingya disebabkan oleh diskriminasi, kekerasan, dan pembersihan etnis yang dilakukan oleh militer dan kelompok-kelompok ekstremis Buddha di Myanmar terhadap etnis Rohingya, yang merupakan kelompok etnis minoritas Muslim yang tidak memiliki status kewarganegaraan di Myanmar.
Q: Apa dampak dari krisis pengungsi Rohingya bagi negara-negara Asia Tenggara?
A: Dampak dari krisis pengungsi Rohingya bagi negara-negara Asia Tenggara adalah meningkatnya beban kemanusiaan, ekonomi, sosial, dan lingkungan bagi negara-negara yang menampung pengungsi Rohingya, seperti Bangladesh, Indonesia, dan Malaysia, serta meningkatnya risiko konflik, radikalisasi, dan perdagangan manusia di kawasan tersebut.
Q: Apa solusi untuk krisis pengungsi Rohingya?
A: Solusi untuk krisis pengungsi Rohingya adalah repatriasi yang aman, sukarela, dan bermartabat bagi pengungsi Rohingya ke Myanmar, dengan jaminan bahwa hak-hak dan kewarganegaraan mereka akan dihormati dan dilindungi oleh pemerintah dan masyarakat Myanmar, serta dukungan dan bantuan dari komunitas internasional untuk memfasilitasi proses tersebut.
Q: Bagaimana peran dan kontribusi Indonesia dan Malaysia dalam menyelesaikan krisis pengungsi Rohingya?
A: Peran dan kontribusi Indonesia dan Malaysia dalam menyelesaikan krisis pengungsi Rohingya adalah memberikan bantuan dan perlindungan kepada etnis Rohingya yang datang ke negara-negara tersebut, menyuarakan dan mendukung hak-hak dan kepentingan etnis Rohingya di tingkat regional dan internasional, serta berperan sebagai mediator, fasilitator, dan katalis dalam mendorong dialog dan kerjasama antara Myanmar, Bangladesh, dan negara-negara lain yang terlibat dalam krisis pengungsi Rohingya.
Q: Bagaimana cara membantu dan mendukung etnis Rohingya?
A: Cara membantu dan mendukung etnis Rohingya adalah dengan memberikan donasi, sukarelawan, advokasi, atau edukasi kepada organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang bantuan kemanusiaan, perlindungan hak asasi manusia, atau pembangunan masyarakat bagi etnis Rohingya, seperti UNHCR, Amnesty International, Save the Children, Islamic Relief, dan lain-lain. Cara lain adalah dengan menunjukkan solidaritas, empati, dan toleransi terhadap etnis Rohingya, dan menghormati identitas, martabat, dan hak-hak mereka sebagai manusia.